Minggu, 06 Juli 2014

HASIL PENELITIAN MAN I KENDARI



manajemen berbasis sekolah
(Implementasi  Manajemen Berbasis Sekolah MAN I KENDARI)
 







TIM PENYUSUN
MUHAMMAD
UCIRMAN
ABDUL KHOLIK
IZRA DANUR HAJAR




TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAIN SULTAN (STAIN)
 QAIMUDDIN KENDARI
2014

Bidang Kurikulum | Bidang Kesiswaan | Bidang Keuangan | Bidang Sarana Prasarana | Bidang Tenaga Kependidikan | Bidang Humas | Bidang Perpustakaan

KATA PENGANTAR
Oó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
Alhamdulillah kita  panjatkan  kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan inayanya penelitian ini dapat terlaksana sesuai prosedural yang di tentukan oleh dosen pembimbing. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Muhammad SAW, pemimpin yang menjadi teladan sepanjang masa. sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas  hasil penelitian ini, dalam rangka untuk memenuhi kriteria sebagai mahasiswa sebagimana mestinya  . Dalam proses pengumpulan data-data dan juga proses pembuatan penelitian ini tidak lepas dari kerja keras kelompok kami. Hasil penelitian yang kami buat adalah Tentang menajemen berbasis sekolah (MBS) dalam hal ini terkait dengan imlementasi manajemen berbasis sekolah.
Semoga dengan penelitian yang kami laksanakan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang seberapa pentingnya implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam sekolah-sekolah yang menerapkannya. Maka dari kelompok kami sangat bersyukur dapat kami selesaikan hasil penelitian, atas saran dan masukan dari kelompok yang lain terutama oleh dosen pembimbing.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing oleh Dr. Ambar Sri lestari. M.Pd dengan bimbingan dan masukan yang selalu menguatkan kami dalam pelaksanaan penelitian. Kelompok kami melaksanakan penelitian di MAN I KENDARI yang melaksanakan MBS sejak tahun 2005, maka dengan ini saran dan usul merupakan penguatan dalam penyusunan penelitian dapat terlaksana dengan baik.
                                                                             
Kendari, 28  juni  2014

                                                                                       Tim Penyusun
                                                                                       Kelompok I


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................xi
DAFTAR ISI.....................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A.    Latar  Belakang..........................................................................................1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................3
C.    Tujuan Penelitian.......................................................................................3
D.    Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................4
A.    Pengertian...................................................................................................4
B.     Pendapat Para Ahli....................................................................................5
C.    Pendapat Penulis........................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA.........................12
A.    Metode Penelitian......................................................................................12
1.      Kualitatif..............................................................................................12
B.     Metode pengumpulan Data......................................................................13
1.        Studi Pustaka......................................................................................13
2.        Wawancara.........................................................................................14
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................................15
BAB V PENUTUP............................................................................................................31
A.        Kesimpulan.................................................................................................31
B.        Saran...........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................ii
LAMPIRAN........................................................................................................................iii






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kemajuan suatu sekolah berada dalam kepemimpinan kepala sekolah yang selalu mengkoordinir dalam kegiatan yang telah di rencanakan. Sekolah akan melakukan  kegiatan secara maksimal jika mempunyai dana yang lebih untuk memenuhi program kerja yang direncanakannya. Kemampuan kepalah sekolah mengelolah dalam setiap bidang akan berimlikasi pada sekolah tersebut. Kecenderungan kepala sekolah akan mementingkan diri pribadi masing-masing, namun kepala sekolah memastikan akan berlangsungan manajemen dalam lembaga yang dipimpinnya. Maka dengan itu di butukan sektor pendukung, yang akan menjamin pendidikan, pendidikan sangat penting dalam era kontemporer. Mutu pendidikan sangat menentukan keberlangsungan masa depan indonesia dalam ruang lingkup secara umum, secara khusus pribadi kita masing-masing. Program pemerinatah dalam lembaga sangat menetukan keberhasilan sekolah tersebut, lahirlah sistem MBS yang memberikan peluang sekolah untuk memgelolah administrasi secara mandiri. Manajemen berbasis sekolah menekankan sekolah untuk berkompetisi dengan sekolah-sekolah lain,kapasitas sekolah dalam proses pembelajaran sanggat menetukan keberhasilan peserta didik  secara komprehensif. Peserta didik sangat berperan penting untuk keberhasilan sekolah dalam mewujudkan implementasi MBS
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah kebijakan pemerintah yang diberikan masing-masing sekolah untuk mengelola dan mengoptimalkan pendidikan di daerahnya sesuai dengan karakteristik di daerahnya masing-masing dan keikutsertaan masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan sekolah dalam mengelola institusinya, telah dilakukan Depdiknas. Baik sebelum otonomi daerah maupun sesudah otonomi daerah. Pada era otonomi daerah muncul program pemberdayaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah ( M B S ).
MBS akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya manusia ( SDM ) yang memiliki kemampuan, integritas dan kemauan yang tinggi. Salah satu unsur SDM dimaksud adalah guru, di mana guru merupakan faktor kunci keberhasilan peningkatan mutu pendidikan karena sebagai pengelola proses belajar mengajar bagi asiswa.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional khususnya pendidikan dasaar dan menengah pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan pewningkatan mutu manajemen sekolah. Namun berbagai indikator mewujudkan bahwa, mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Sebagian kecil saja sekolah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprehatinkan.
Dari berbagai pengamatan dan analisis, ada tiga hal pokok yang menyebabkan mutu pendidikan kita tidak mengalami peningkatan secara signifikan.
Pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan yang menganggap bahwa apabila semua komponen pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainya terpenuhi, maka hasil pendidikan yang dikehendaki yaitu mutu pendidikan secara otomatis akan terwujud. Dan yang terjadi tidak demikian, karena hanya memusatkan pada masalah pendidikan dan tidak memperhatikan proses pendidikannya.
Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik- sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan ayang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi setempat. Lebih parah lagi jika sekolah sendiri pasif dalam arti tidak punya kreativitas.
Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan. Sekolah tidak mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur yang berkepentingan dengan pendidikan.




B.     Rumusan masalah
Dalam persoalan MBS memerlukan komponen-komponen dalam imlementasi MBS, maka dengan demikian ada beberapa rumusan masalah dalam pelaksanaan MBS.
1.      Menjelaskan Kurikulum MAN I KENDARI?
2.      Menjelaskan tenaga kependidikan MAN I KENDARI?
3.      Menjelaskan kesiswaan MAN I KENDARI?
4.      Menjelaskan keungan MAN I KENDARI?
5.      Menjelaskan sarana dan prasarana MAN I KENDARI?
6.      Menjelakan hubungan masyarakat (humas) MAN I KENDARI?
7.      Menjelaskan layanan kusus (perpustakaan) MAN I KENDARI?

C.    Tujuan penilitian
Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui MAN I KENDARI dalam pelaksanaan MBS untukter capainya tujuan pendidikan.
1.      Untuk mengetahui Kurikulum MAN I KENDARI
2.      Untuk mengetahui tenaga kependidikan MAN I KENDARI
3.      Untuk mengetahui kesiswaan MAN I KENDARI
4.      Untuk mengetahui keungan MAN I KENDARI
5.      Untuk mengetahui sarana dan prasarana MAN I KENDARI
6.      Untuk mengetahui masyarakat (humas) MAN I KENDARI
7.      Untuk mengetahui layanan kusus (perpustakaan) MAN I KENDARI








BAB II
KAJIAN TEORI
A.    Pengertian MBS
Manajemen Berbasis Sekolah adalah model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
bersama/partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat. Untuk mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Otonomi yang demikian memberikan kebebasan sekolah untuk membuat program-program sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pengambilan keputusan bersama dengan warga sekolah dan dedikasi tanggung jawab bersama untuk kemajuan sekolah. Dengan tidak mengurangi otonomi sekolah, demi kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok untuk menguasai sekolah tanpa partisipasi warga sekolah dan masyarakat.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) atau School Based management, adalah bentuk dari alternatif pengelolaan sekolah dari program desentralisasi dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini, sekolah memiliki kewenangan dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan secara mandiri yang tidak tergantung kepada birokarasi sentralistik.
Kewenangan tersebut sesuai dengan perannya yang dilandasi oleh Undang – undang Nomor 22 tahun 1999, tentang otonomi daerah dan undang – undang Nomor 25 tahun 2000, tentang perimbanan keuangan antara pusat dan daerah untuk mengatur dan menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta melakukan kontrol dan pembinaan terhadap sekolah.

            Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-based management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. clip_image001 Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. Secara umum, manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional. Lebih lanjut istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi. Dalam hal ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Pengertian manajemen menurut Hasibuan merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi manajemen tersebut menjelaskan pada kita bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri, tetapi membutuhkan orang lain untuk bekerja sama dengan baik. Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan mengevaluasi (evaluation). Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sitemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen Berbasis Sekolah memiliki karateristik yang harus dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya yang meliputi komponen pendidikan dan perlakuannya pada setiap tahap pendidikan input, prose dan outputnya.
B.     Pengertian MBS menurut  para ahli
Manajemen Berbasis Sekolah mempunyai alasan-alasan yang menerapkan MBS di sekolah-sekolah;antara lain:
Departemen Pendidikan Nasional merincikan alasan MBS sebagai berikut:
  1. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada daerah maka sekolah akan lebih inisiatif dan kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah
  2. Dengan pemberian fleksibilitas keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dala mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk menigkatkan mutu sekolah.
  3. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
  4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan
  5. Pengembilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah
  6. Penggunaan sumberdaya pendidikan lebbih efisien dan efektif
  7. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan
  8. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik dan masyarakat pada umumnya
  9. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah yang lain dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya yang inovatif
  10. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkunyannya yang berubah dengan cepat.
Sedangkan Nukolis  memberikan alasan MBS sebagai berikut:
Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya, sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahuikebutuhannya. Ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

Menurut Mulyasa alasan MBS antara lain:
  1. Pemerintah mempunyai konsisten untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan
  2. Kegagalan program-program peningkatan kualitas pendidikan sebelumnya (JPS/Aku Anak Sekolah) karena manajemen yang terlalu kaku dan sentralistik
  3. Muncul pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas.
Data lain dari internet yang menjabarkan alasan penerapan MBS di sekolah antara lain:
  1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya, sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
  2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
  3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi sekolahnya.
  4. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bila masyarakat setempat juga ikut mengontrol
  5. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah, menciptakan transparansi dan demokrasi yang kuat Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan sekolah masing-masing kepada pemerintah, orang tua, dan masyarakat
  6. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan orang tua, masyarakat, dan pemerintah
  7. Sekolah dapat secara tepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.
Berdasarkan alasan yang dijabarkan di atas dapat diambil alasan MBS menurut penulis antara lain:
  1. Lingkungan yang paling dekat dengan siswa adalah lingkungan sekolah. Sehingga stakeholders dapat menyesuaikan program berdasarkan kebutuhan
  2. Adanya keterbukaan sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas karena masyarakat ikut berperan dalam peningkatan mutu pendidikan
  3. Semangat untuk bersaing tinggi dengan sekolah lain dari daerah sendiri sampai nasional.
  4. Aspirasi masyarakat cepat tersampaikan.
Menurut Slamet P.H (2001), pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus dan melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, strategi utama yang perlu diditempuh dalam melaksanakan MBS adalah sebagai berikut.
Pertama, mensosialiasikan konsep MBS. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh warga sekolah, yaitu guru,siswa, wakil-wakil kepala sekolah, konselor, karyawan dan unsur-unsur terkait lainnya (orangtua murid, pengawas, dan sebagainya) melalui seminar, diskusi, forum ilmiah, dan media masa dengan memperhatikan sistem, budaya, dan sumber daya sekolah.
Kedua, melakukan analisis situasi. Analisis sistuasi akan menghasilkan tantangan nyata, yang harus dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dan keadaan yang diharapkan. Karena itu, besar kecilnya ketidaksesuaian antara keadaan sekarang (kenyataan) dan keadaan yang diharapkan (idealnya) memberitahukan besar kecilnya tantangan yang ada.
 Ketiga, merumuskan tujuan situasional yang akan dicapai melalui pelaksanaan MBS, berdasarkan tantangan nyata yang dihadapi. Kriteria kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya ditetapkan. Kriteria ini digunakan sebagai standar atau kriteria untuk mengukur tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya.
Keempat, mengidentifikasi fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Untuk mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan, maka perlu diidentifikasi fungsi-fungsi mana yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud di antaranya meliputi pengem-bangan: kurikulum, tenaga kependidikan dan nonkependidikan, siswa, iklim akademik sekolah, hubungan sekolah-masyarakat, fasilitas, dan fungsi-fungsi lain.
Kelima, menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat). Analisis SWOT dilakukan dengan maksud mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Tingkat kesiapan setiap fungsi harus memadai. Paling tidak memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan situasional, yang dinyatakan sebagai kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal, serta peluang, bagi faktor yang tergolong faktor eksternal. Sedang tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran kesiapan, dinyatakan sebagai  kelemahan, bagi faktor yang tergolong faktor internal, dan ancaman, bagi faktor yang tergolong faktor eksternal.
Keenam, memilih langkah-langkah pemecahan masalah atau tantangan, yakni tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Agar tujuan situasional tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang hakikatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang. Hal itu dapat dilakukan dengan memanfaatkan adanya satu/lebih faktor kekuatan dan/atau peluang.
Ketujuh, membuat rencana untuk jangka pendek, menengah, dan panjang, berikut program-program untuk merealisasikan rencana tersebut. Perencanaan itu dilakukan secara partisipatif dan berdasarkan pada pemecahan masalah. Sekolah tidak selalu memiliki sumber daya yang cukup untuk melaksanakan manajemen berbasis sekolah, sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk rencana jangka pendek, menengah, dan panjang.
Kedelapan, melaksanakan program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek manajemen berbasis sekolah. Kesembilan, melakukan pemantauan  serta evaluasi proses hasil MBS. Hasil pantauan proses dapat digunakan sebagai umpan balik bagi perbaikan penyelenggaraan. Sementara hasil evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan situasional yang telah dirumuskan.
Nurkholis (2003:132) mengemukakan sembilan strategi keberhasilan implementasi MBS.
Pertama, sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan ketrampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian, serta pemberian penghargaan  kepada setiap pihak yang berhasil. Mulyasa (2005: 41) menyatakan bahwa salah satu bentuk otonomi sekolah adalah kebijakan pengembangan kurikulum yang mengacu kepada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan standar isi, serta pembelajaran beserta sistem evaluasinya, sepenuhnya menjadi wewenang sekolah, yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat yang dilakukan secara fleksibel. Dengan demikian, otonomi sekolah yang dilakukan secara benar dalam kerangka implementasi MBS diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Kedua, adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan pembelajaran dan non- pembelajaran. Menurutnya, sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat secara luas. Wujud dari partisipasi masyarakat dan orang tua siswa bukan hanya sebatas dalam bantuan dana, tetapi lebih dari itu dalam memikirkan peningkatan kualitas sekolah. Misalnya, partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan mengembangkan program-program pendidikan. Pembahasan lebih lanjut dari peran serta masyarakat ini disajikan dalam Unit 4. 
Ketiga, adanya kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif. Kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Dalam MBS kepala sekolah berperan sebagai designer, motivator, fasilitator, dan liaison. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan, dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan. 
Menurut Mulyasa (2005:98), Kepala Sekolah merupakan “sosok kunci” (the key person) keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dalam kerangka implementasi MBS. Oleh karena itu, dalam implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi, dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Kepala sekolah juga dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS, kepala sekolah harus mempu berperan sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator.    Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis  dalam kehidupan dewan sekolah yang efektif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orangtuanya, serta masyarakat dan para guru. Kelima, semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi tentang konsep MBS.   Keenam, adanya panduan (guidelines) dari Departeman Pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Dengan dasar hukum pelaksanaan MBS yang tertuang adalam UU No. 25 Tahun 2000, dan UU No. 20 Tahun 2003, Departemen Pendidikan diharapkan memberikan panduan sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan MBS yang sifatnya tidak mengekang dan membelenggu sekolah.   Ketujuh, sekolah harus transparan dan akuntabel yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban tahunan. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dikelola secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak terkait.  Kedelapan, penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah, khususnya pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kesembilan, implementasi diawali dengan sosialisasi konsep MBS, identifikasi peran masing-masing, pembangunan kelembagaan (capacity building), pengadaan pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, monitoring dan evaluasi, serta melakukan perbaikan-perbaikan.
C.    Pendapat kelompok
MBS merupakan sala satu pemberian otonomi oleh pemerintah untuk mengelola secara mandiri sekolah tersebut. MBS sesuatu yang akan memperbaiki sistem sekolah mana kala dalam sekolah mempunyai sistem dengan baik serta mendukung semua sektor, sarana prasaran, peserta didik, kurikulum, layanan khusus, keuangan dan masi ada lagi. Dalam ruang lingkup sekolah perlu memahami tata cara pelaksanaan MBS yang akan dilakukan oleh kepala sekolah beserta jejeran-aya dalam mensukseskan agenda besar dalam menyusun formatur yang akan di dilakukan oleh kepala sekolah.
Kelompok kami memandang dalam pelaksanan MBS harus siap segala sesuatu yang berhubungan dengan  pelaksanan MBS dalam rangka untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, tingkat kepercayaan pemerintah akan semakin meningkat jika dalam pelaksanaan MBS terealisasi semaksimal mungkin. Kami memandang dalam pelaksanaan MBS akan perlu kerja sama dengan pihak lain yang bersangkutan misal masyarakat








BAB III
METODE PENILITIAN DAN PENGUMPULAN DATA
A.      Metode kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang jika meneliti haruslah orang yang memiliki sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar bearti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas sosial. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif,  adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, penelitian harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembagan.
enelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 9)
Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010: 1).
Sugiyono (2011:15), menyimpulkan bahwa metode penelitian kulitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitaif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 
Dari beberapa teori-teori di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
B.  Studi  pustaka
Sumber data yang digunakan dalam penilitian ini yaitu melalui referensi yang relevan dengan penilitian, dari buku buku yang sebanding, tabloit, maupun wawancara yang dilakukan dengan face to face. Yang melibakan keseluruhan masyarakat unutk membandingkan pembelajaran dengan media berbasis komputer. Dengan pengambilan sampel data dari masyarakat dapat diketahui pengaruh pembelajaran media berbasis komputer. Ternyata dengan menggunakan media lebih simpel dan lebih akurat untuk menyampiakan informasi kepada peserta didik. Dengan adanya penilitian ini di harapkan untuk menindak lanjuti penggunaan media berbasis komputer untuk mencerdaskan peserta didik.
Dalam penilitian ini menggunakan instumen untuk mengukur kapabilitas pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. Dan kemudian dilakukan dengan secara berkelanjutan yang akan memberikan pengaruh positif dalam pelaksanaan pembelajaran manjemen berbasis sekolah. Penilitian ini dilakukan karena disadari bahwa dalam pelaksanan MBS masi kurang, maka dengan ini bisa diketahui yang menyebabkan kurangnya pelaksanaan MBS. MBS sangat berperan penting dalam proses pembelajaran, maka dengan ini penilitian ini menggunakan sumber-sumber data yang valid dari referensi yang dianggap relevan dengan penilitian. Dengan kepentingan kita bersama maka diharakan kerjasama dengan pihak yang bersangkutan, lembaga pemerintah maupun administrasi sekolah beserta dengan masyarakat dengan siswa yang bergelut dalam lembaga maupun yang mempunyai kepentingan. Wawancara digunakan untuk mengetahui data yang secara langsung disetai angket untuk data-data yang lebih valid da teruji kebenaran penilitian ini.


C.  pengumpulan data
Adapun teknik pengambilan data dalam penilitian ini adalah sebagai berikut Wawancara  Digunakan untuk mengumpulkan sumber data yang di peroleh dari sampel penilitian. Dengan adanya wawancara dapat digunakan sebagai bahan dalam penilitian ini sebagai sumber data yang valid dan akurat. Untuk itu kami sebagai kelompok peniliti menggunakan instrumen face to face dalam pelaksanaan penelitian, dalam penilitian ini guru maupun pihak yang bersangkutan memberikan jawaban dengan sebaik-baiknya dalam ketertiban wawancaara dalam pengambilan sampel.















BAB IV
HASIL PENELITIAN

a.    bidang kurikulum MAN I KEDARI
Bidang Kurikulum adalah suatu proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Secara operasional kegiatan administrasi kurikulum dapat di identifikasikan menjadi tiga kegiatan pokok yakni; kegiatan yang berhubungan dengan peserta didik, kegiatan yang berhubungan pendidik dan kegiatan yang berhubungan dengan seluruh aktivitas akademik.
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan mengenai struktur kurikulum di Madrasah Aliyah  meliputi subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam suatu jenjang  pendidikan selama satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII dan terdiri atas sejumlah mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
Pengorganisasian kelas-kelas dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, kelas XI dan XII yang merupakan program penjurusan, terdiri atas empat program, yaitu program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), program Bahasa, program Keagamaan, serta program Kelas Akselerasi.
Dari struktur kurikulum yang ada dalam kerangka mencapai target yang diinginkan dipandang perlu menambah jam pelajaran untuk mata pelajaran tertentu. Penambahan jam pelajaran per tahun pelajaran Madrasah Aliyah dengan penyebaran seperti data berikut:
Tabel 03
No.
Kelas
Mata Pelajaran
Jam Tambahan
1.
X
1.      BahasaInggris
2.      Matematika
2
2
2.
XI-IPA
1.      BahasaInggris
2.      Matematika
2
2
3.
XI-IPS
1.      BahasaInggris
2.      Ekonomi
2
2
4.
XI-BHS
1.      Bahasainggris
2.      BahasaAsing
2
2
5.
XI-AGAMA
1.      AL-quran- hadist
2.      Bahasa Arab
3.      BahasaInggris
2
2
2
6.
XII-IPA
1.      BahasaInggris
2.      Matematika
3.      Fisika
2
2
2
7.
XII-IPS
1.      BahasaInggris
2.      Ekonomi
2
2
8.
XII-BHS
1.      BahasaInggris
2.      BahasaAsing
2
2
9.
XII-AGAMA
1.      Al-quran- hadist
2.      Bahasa Arab
3.      Bahasaasing
2
2
2

            Selanjutnya, Madrasah Aliyah dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan system paket yang berarti bahwa semua peserta didik wajib mengikuti seluruh  program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku di Madrasah Aliyah ini.
            Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan guru. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pendalaman materi pembelajaran yang dirancang oleh guru untuk mencapai standar kompetensi dan waktu penyelesaian tugasnya ditentukan oleh guru. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik  yang dirancang oleh guru untuk mencapai standar kompetensi dan waktu penyelesaian diatur sendiri oleh peserta didik.
            Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik, Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran di Madrasah Aliyah berlangsung secara 45 menit. Jumlah jam tatap muka yang tercantum dalam struktur kurikulum adalah:Tabel 04
No
Kelas
Jumlah Jam Pelajaran Per Minggu
1
X
47
2
XI
47
3
XI
47

            Pemanfaatan alokasi waktu kegiatan terstruktur dan tidak terstruktur sebanyak maksimum 60% dari jumlah alokasi waktu tatap muka per mata pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mata pelajaran. Alokasi waktu dimaksud, digunakan untuk pelaksanaan remedial dan pendalaman atau pengayaan materi.
            Mata pelajaran yang diberikan untuk masing-masing jurusan dengan alokasi waktu terdiskripsi pada table berikut:
Struktur Kurikulum Kelas X Umum. Tabel 05
Komponen
AlokasiWaktu

Semester 1
Semester 2
A. Mata  PelajaranPendidikan Agama


Al-quran-hadist
2
2
Fikih
2
2
AkidahAkhlak/ SKI
2
2
PendidikanKewarganegaraan
2
2
BahasaIndonesi
4
4
Bahasa Arab
2
2
BahasaInggris (4)
5
5
Matematika (4)
5
2
7. Fisika
2
2
8. Biologi
2
2
9.Kimia
2
1
10. Sejarah
1
1
11. Geografi
1
2
12.Ekonomi
2
2
13.Sosiologi
2
2
14. SeniBudaya
2
2
15.Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2
2
16. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
17.Bahasa Mandarin /Jepang/ Jerman / Mandarin
2
2
A.  MuatanLokal
-IT
2
2
B.  PengembanganDiri
2*)
2*)
Jumlah
47
47
1.      2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran ( 1 jam tatap muka PBM di kelas)
Struktur Kurikulum Kelas X Akselerasi. Tabel 06
Komponen
AlokasiWaktu

Semester 1
Semester 2
A. Mata Pelajaran Pendidikan Agama


Al=quran – hadist
2
2
Fikih
2
2
Akidah Akhlak SKI
2
2
Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
Bahasa Indonesia
4
4
Bahasa Arab
2
2
Bahasa Inggris
5
5
Matematika
5
5
7. Fisika
2
2
8. Biologi
2
2
9. Kimia
2
2
10. Sejarah
1
1
11. Geografi
1
1
12. Ekonomi
2
2
13. Sosiologi
2
2
14. SeniBudaya
2
2
15.Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2
2
16. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
17. Bahasa Mandarin/Jepang/Jerman/Pranis
2
2
A.    MuatanLokal
-IT
2
2
B.     Pengembangan Diri
2*)
2*)
Jumlah
47
47
1.      2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran ( 1 jam tatap muka PMB di kelas)
Struktur Kurikulum Kelas XI, XII Program IPA. Tabel 07
Komponen
AlokasiWaktu
Kelas XI
Kelas XII
Smt 1
Smt 2
Smt 1
Smt 2
A.  Mata Pelajaran




1.    Pendidikan Agama




AlquranHadist
2
2
2
2
Fikih
2
2
2
2
Akidah Akhlak/SKI
2
2
2
2
2.    Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
2
3.    Bahasa Indonesia
4
4
4
4
4.    Bahasa Arab
2
2
2
2
5.    Bahasa Inggris (4)
5
5
5
5
6.    Matematika (4)
5
5
5
5
7.    Fisika
4
4
4
4
8.      Kimia
4
4
4
4
9.      Biologi
4
4
4
4
10.  Sejarah
1
1
1
1
11.  SeniBudaya
2
2
2
2
12.  Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2
2
2
2
13.  Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
2
2
14.  Bahasa Mandarin/Jepang/Jerman/ Peranis
2
2
2
2
B.  MuatanLokal
IT

2

2

2

2
C.  Pengembangan Diri
2*)
2*)
2*)
2*)
Jumlah
47
47
47
47
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran ( dilakukan diluar jam PBM)
Struktur Kurikulum Kelas XI, XII Akselerasi  Program IPA. Tabel 08
Komponen
AlokasiWaktu
Kelas XI
Kelas XII
Smt 1
Smt 2
Smt 1
Smt 2
A.  Mata Pelajaran




1.    Pendidikan Agama




AlquranHadist
2
2
2
2
Fikih
2
2
2
2
AkidahAkhlak/SKI
2
2
2
2
2.    PendidikanKewarganegaraan
2
2
2
2
3.    Bahasa Indonesia
4
4
4
4
4.    Bahasa Arab
2
2
2
2
5.    BahasaInggris (4)
5
5
5
5
6.    Matematika (4)
5
5
5
5
7.    Fisika
4
4
4
4
8.    Kimia
4
4
4
4
9.    Biologi
4
4
4
4
10.  Sejarah
1
1
1
1
11.  SeniBudaya
2
2
2
2
12.  Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2
2
2
2
13.  Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
2
2
14.  Bahasa Mandarin/Jepang/Jerman/ Peranis
2
2
2
2
B.     MuatanLokal
IT

2

2

2

2
C.     Pengembangan Diri
2*)
2*)
2*)
2*)
Jumlah
47
47
47
47
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran ( dilakukan diluar jam PBM)
            Dari uraian diatas, sangat jelas kurikulum di Madrasah Aliyah dengan pembagian waktu dan penambahan mata pelajaran ini sesuai dengan perintah Undang-Undang, bahwa setiap sekolah yang berbesik islam maka ada tambahan mata pelajaran. Kurikulum KTSP akan terlaksana sesuai tujuan satuan pendidikan manakala mempunyai komponen sebagai landasan utama bagi Madrasah itu sendiri. Komponen-komponen KTSP  tersebut tujuan, materi pembelajaran, metode  atau strategi pembelajaran, media dan evaluasi sesuai dengan ciri khasnya, sehingga  diselaraskan dengan konteks.
Mata pelajaran  di MAN I Kendari yang termasuk pelajaran inti  sbb:
A.    Untuk  kelas X  semua pelajaran yang diprogramkan tetap mejadi pelajaran inti untuk memfasiltasi siswa dalam menjunjang tahap berikutnya sesuai jurusan yang ia kehendaki oleh siswa.
B.     Untuk kelas XI  dan XII sbb:
1.      Untuk IPA dan IPS;
a.       Matematika
b.      Bahasa Indonesia
c.       Bahasa Arab
d.      Bahasa  Inggris
e.       Al-quran Hadis
f.       Fiqhi
g.      Bahasa Asing
h.      TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
i.        Seni Budaya
j.        Jasmani dan Rohani (Olahraga)
k.      Akidah Akhlak
l.        Pendidian Kewarganegaraan  (PKN)

b.   Bidang Tenaga Pendidik & Kependidikan
Administrasi Tenaga Pendidik adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersunguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu para pegawai atau guru dan staf di sekolah, sehingga mereka dapat membantu atau menunjang kegitan-kegiatan sekolah khususnya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan “tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mngabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah tenaga  yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong pelajar, widayiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
Guru berperan penting dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan kualitas sorang siswa. Maka proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Dengan demikian, untuk mencapai standar peningkatan kualitas pendidikan dapat di mulai menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Guru di MAN I KENDARI sudah cukup dalam melayani proses pembelajaran karena rata-rata sudah sertivikasi ujarnya  Kepsek MAN. Di mulai dari guru kelas X-XII  yang  berprofesional dari perancangan yang mengmlementasikan dari berbagai strategi sehingga tidak membosankan proses pembelajaran berjalan. Jika tidak heran siswa MAN I KENDARI  mendapatkan juara dalam kompetisi karena sudah ditinjau dari kapasitas guru. sarana dan prasarana yang memadai, memmbentuk siswa memiliki kemampuan inovasif dan kreatif dll.jika dilihat data tenaga pendidikan dan kependidikan dalam hal ini guru dan administrasi pendidikan. Lihat tabel 02
Data Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
No.
Pendidik (Guru)
Tenaga Kependidikan
Jumlah Pendidik L/P
Jumlah Tenaga Kependidikan L/P
1.
Guru PNS
Administrasi
23/22
6/7
2.
Guru PNS diperbantukan
Satpam
2/4
2/-
3.
Guru Honorer
PetugasKebersihan

1/1

Dari data diatas, menunjukan tenaga pendidik dan kependidikan merupakan hal yang penting dalam suatu lembaga (sekolah). Di MAN I KENDARI  merupan sekolah yang menurut kelompok kami sekolah yang menjalakan admistrasi yang sesuai dengan instruksi sesauai dengan rencana yang sudah disepakati bersama. Di MAN I KENDARI  ada kegiatan migguan dan bulanan yang menjadi kegiatan rutinan dalam hal ini membahas tentang kemajuan  lembaga tersebut. Terkait dengan tenaga kependidikan di MAN I KEDARI tentu harus adanya kerja sama antara Kepsek dan elemen-elemen sekolah yakni administrasi yang di jalankan lembaga (sekolah) sehingga adanya singkronisai yang sesuai jalur sehingga tidak adanya kontradiksi.
Di MAN I KENDARI menurut kami dalam pelayanan publik sudah dijalankan cuman hanya saja dalam pelaksanan itu masih ada yang belum mengetahui jalur-jalur yang di maksudkan orang yang dilayani bukan petugas administrasi.  Maka persoalan dengan pelayanan publik di MAN I KENDARI sudah terjalin dengan baik.

C.    Bidang Kesiswaan

Perlu diketahui bahwasanya peserta didik mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Pada taman kanak-kanak disebut dengan anak didik. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut dengan siswa, sedangkan pada jenjang pendidikan tinggi disebut mahasiswa. Disamping sebutan tersebut masih ada sebutan lain bagi peserta didik, yaitu murid, pembelajar, santri, traine dan sebagainnya. Jadi, manajemen peserta didik merupakan layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat dan kebutuhan sampai ia matang sekolah. Manajemen peserta didik juga dapat diartikan sebagai usaha pengaturan, perancang terhadap peserta didik mulai dari masuk sekolah sampai lulus sekolah. Dalam bidang ini, bertugas sebagai membantu lancarnya kebutuhan peserta didik baik terkait kebutuhan intra sekolah maupun ekstra sekolah khususnya MAN 1 Kendari agar dapat terwujud daripada tujuan lembaga pendidikan (sekolah) itu sendiri.  
Berangkat dari definisi di atas, maka di dalam pembahasan ini kami akan memaparkan hasil observasi kami mengenai telah diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terhadap kegiatan kesiswaan di MAN 1 Kendari dan mewancarainya berupa analisis kebutuhan peserta didik, rekruitmen peserta didik, seleksi peserta didik dan pembinaan dan pengembangan peserta didik.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah), yaitu berupa merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima. Berdasarkan wawancara tersebut bahwa daya tampung kelas yaitu 12 kelas dengan jumlah peserta didik adalah sekitar 200 orang dan jumlah peserta didik dalam satu kelas adalah 30 orang. Dan menyusun program kegiatan kesiswaan MAN 1 Kendari berupa visi dan misi, minat dan bakat peserta didik, sarana dan prasarana yanga ada, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan yang tersedia pula.
Langkah kedua adalah melakukan rekruitmen peserta didik berupa pembentukan panitia penerimaan siswa baru, tentu dalam pembentukan panitia ini disusun secara musyawarah yang terdiri dari semua unsur guru, tenaga tata usaha dan dewan sekolah atau komite sekolah. Setelah itu, pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka.
Langkah ketiga adalah melakukan tahap seleksi peserta didik, dalam tahap ini dilakukan melalui dengan cara tes atau ujian yang meliputi tes kesehatan, jasmani, akademik, tes keterampilan dan sebagainya.
Langkah keempat adalah melakukan pembinaan dan pengembangan peserta didik agar dapat mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang. Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar ini, serta didik harus melaksanakan bermacam-macam kegiatan, yaitu kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler adalah semua kegiatan yang telah ditentukan di dalam kurikulum yang pelaksanaanya dilakukan pada jam-jam pelajaran. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu wadah kegiatan peserta didik di luar pelajaran atau di luar kegiatan kurikuler. Adapun kegiatan ekstra kurikuler MAN 1 Kendari yaitu OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), Marchingband, Pramuka, dan Rohis.
Dalam mengembangkan minat dan bakat peserta didik maka sekolah sudah memfasilitasi dengan baik dan akan diberikan berupa penghargaan dari sekolah itu sendiri khususnya di MAN 1 Kendari terhadap siswanya yang berprestasi baik kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler tersebut.

D.    Bidang Sarana & Prasarana
Secara bahasa Sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya; Ruangan, Buku, Perpustakaan, Laboratorium dsb. Sedangkan  prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. misalnya: lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dsb. Dengan demikian, dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa administrasi sarana dan prasarana adalah suatu komponen-komponen yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dalam menunjang proses pendidikan, serta dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Salah satu aspek yang seyogyanya mendapat perhatian utama dari setiap administrator pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung, ruang belajar atau kelas, alat-alat atau media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya maka MAN I KENDARI merupakan sekolah yang lengkap mengenai sara dan prasarana.
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien.
Terkait dengan sarana dan prasarana jika dilihat dari fasilitas gedung, ruang belajar secara kseluruhan 25 ruangan dan dilengkapi dengan ruangan praktek (LAP) yang berjumlah 6 ruangan yang masing masing lap diengkapi dengan alat dan bahan untuk menunjang proses pembelajran yang di laksanakan, yang dilengkapi dengan keterampilan umum yang sifatnya menyamai dengan sekolah kejuruan yakni : keterampilan radio TV, listrik dan tata busana yang mencetak alumni yang mengambil keterampilan pada umumnya sudah mandiri karena sekarang ada yang di PLN. MAN I KENDARI  merupakan sekolah strategis yang cukup baik karena terletak di bagian tugu SULTRA  yang jauh dari keramaian dan cukup luas .sehingga menjadikan pesrta didik yang kreatif dan produktif.Untuk itu menunut adanya gedung yang memadai sehingga pada tiap murid ada perasaan bangga dan bersekolah selama dididik dalam gedung tersebut.selain itu untuk menumbuhkan penghormatan murid terhadap lembaga tempat ia dididik, seyogyanya sekolah didirikan dalam lingkungan yang cukup baik. Luas tanah Man 1 kendari : 21,280 m2 dan luas  Bangunan: 3.224 m2 maka ini cukup menjamin dalam proses pembelajaran . selain bangunan yang menunjang proses belajar mengajar  maka dilengkapi juga dengan aulah dan wisma dimana aula digunakan sebagai tempat kegiatan yang predikatnya rapat-rapat umum yang diadakan internal maupun eksternal dengan catatan esternal di kenai dengan adimitrasi sesuai dengan kesepakatan. wisma digunakan untuk penginapan yang predikatnya di sewakan contonya ketika ada yang pelatihan CPNS ,dan wismanya cukup baik.
Di MAN I KENDARI mempunyai banyak kegiatan unuk pengembangan diri  pramuka,PMR  paski braka dan marching band untuk mengembakan potensi setiap siswa dan ini semua di fasilitasi oleh sekolah  dan mempunyai gedung tersendiri sehingga tidak menggannggu proses pembelajaran.
Prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman, kebun atau taman sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.
Jika dilihat dari segi halaman sekitarnya  cukup strategis yang  dikeliling oleh gedung  dan di tengah-tengah halaman dan yang dihijaukan dengan tanaman-tanaman bunga di stiap rungan  dan didukung oleh jalan yang sudah di aspal dari luar halaman sampai didalam  yang memberikan konstribusi besar  bagi siswa dalam melakukan proses pembelajaran . maka,sarana dan prasaran memberikan konstribusi besar untuk berkembangnya ,meningkatnya suatu sekolah yang diawali dengan  proses penganalisan untuk menetapkan rencana yang matang untuk menunjang kesuksesan dalam suatu organisasi atau sekolah . Perencanaan sarana dan prasarana pendididkan merupakan pekerjaan yang komplek, karena harus terintegrasi dengan rencana pembangunan baik nasional, regional maupun lokal, prencanaan ini merupakan sistem perencanaan terpadu dengan perencanaan pembangunan tersebut.perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan tergantung pada jenis program pendidikan dan tujuan yang ditetapkan.

E.     Bidang Humas
Bidang hubungan masyarakat dan sekolah (Humas) adalah suatu proses komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan kepentingan bersama.
Makin majunya perkembangan masyarakat diisyaratkan dengan makin besarnya tuntunan masyarakat terhadap perkembangan lembaga pendidik, sehingga tidak mnuntut kemungkinan bagi lembaga tidak dapat mengakomodasi tuntunan masyarakat tersebut maka tidak mustahil akan berdampak pengucian di sekitarnya. Tumbuh kembangan kepercayaan masyarakat mengiisyaratkan pula atas desakan kebutuhan lembaga untuk semakin berkembang guna menjawab tentang serta kebutuhan masyarakat sehingga pada giliranya masyarakat akan menentukan pilihan lembaga mana yang layak diberikan kepercayaan mendidk masyarakat peserta didik.
Jika dilihat dari data di MAN I KENDARI  terkait dengan peserta didik mengalami peningkatan, maka ini merupakan satu hal bukti yang konkrit terjalinya hubungan yang harmonis antara masyarakat dan sekolah yang membuahkan hasil berupa kerja sama dan terlaksana dengan baik jika terjadi komunikasi yang kondusif yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan kedunya.
Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses penelitian kelompok kami di MAN 1 KENDARI. kami melihat implementasi administrasi pendidikan di bidang hubungan masyarakat dengan sekolah telah berjalan dengan baik. hal ini dapat dilihat dari sering diadakannya rapat komite yang bertujuan untuk menggapai kesepakatan antara orang tua siswa dan pihak sekolah.
Selain rapat komite hubungan antara sekolah dan orang tua siswa ditunjukkan dalam hal penyelesaian masalah yang dialami oleh seorang siswa.hal ini terlihat jelas ditengah-tengah penelitian kami, terjadi perkelahian yang melibatkan dua orang siswa. Dengan sikap pihak keamanan sekolah mengamankan kedua siswa tersebut dan menyerahkannya ke guru BP untuk ditindaki lebih lanjut. Guru BP segera memnggil wali kelas siswa yang bersangkutan kemudian wali kelas memanggil orang tua siswa. Setelah orang tua siswa datang, guru BP dan wali kelas menjelaskan kepada kedua orang tua siswa akan permasalahan yang terjadi sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Melihat dari kasus diaatas dapat dilihat terjadi kerjasama antara pihak keamanan, Guru BP, Wali kelas, dan orang tua siswa.
            Selain dengan pihak orang tua siswa, MAN 1 KENDARI juga bekerjasama dengan masyarakat sekitar. Bentuk kerja sama antara sekolah dan masyarakat adalah dalam hal menjaga ketertiban dan keamanan daerah sekitar MAN 1 KENDARI. Hal ini dijelaskan oleh seorang masyarakat yang sempat kami wawancarai, bahwa masyarakat sekitar selalu melaporkan kepihak keamanan jika ada siswa MAN 1 KENDARI yang berada diluar lingkungan sekolah saat jam pelajaran berlangsung. Masyarakat yang melihat akan memanggil pihak keamanan sekolah untuk menjemput anak tersebut.
            Dilihat dari beberapa hal diatas, hubungan kerjasama antara pihak sekolah, masyarakat, dan orang tua siswa sangat baik. Hal ini membuat nama MAN 1 KENDARI mendapat pandangan positif di mata masyarakat dan orang tua siswa.       
F.     Bidang Keuangan
Dari sekian sumber daya pendidikan yang dianggap penting adalah uang. Uang dipandang ibarat darah dalam tubuh manusia yang mati hidupnya ditentukan oleh sirkulasi darah dalam tubuh. Tetapi ada juga yang berpendapat uang ibarat kuda dan pendidikan sebagai gerobak. Gerobak tidak akan berjalan tanpa ditarik kuda. Pendidikan tidak akan jalan tanpa adanya biaya atau uang. Uang ini termasuk sumber daya yang langka dan terbatas. Oleh karena itu, uang perlu dikelola dengan efektif dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan.
Manajemen keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu. Fungsi manajemen keuangan adalah menggunakan dana dan mendapatkan dana.
Jadi, berdasarkan hasil obsevasi yang kami lakukan di MAN 1 Kendari terkait bidang atau manajemen keuangan (karakteristik anggaran) terbagi menjadi dua yaitu:
1.      Ada penerimaan
Dana yang diterima adalah berasal dana DIPA
2.      Ada pengeluaran
Dana akan dikeluarkan untuk kepentingan dan kebutuhan lembaga  pendidikan (sekolah) seperti renovasi bangunan, pembangunan gedung sekolah, beasiswa miskin 500 persemester dari jumlah siswa 300 orang, dan manakala ada siswa yang berprestasi baik kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler sekolah maka akan diberi penghargaan sertifikat, piala maupun uang. Bagi siswa yang mengembangkan minat dan talenta atau bakat dan berprestasi pula di kegiatan ekstrakurikuler maka akan dibiayai langsung oleh sekolah itu sendiri.
G.    Bidang Layanan Khusus (Perpustakaan)
Layanan Khusus (Perpustakaan) merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
Perpustakaan sekolah merupakan seperangakat kelengkapan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Keberadaan perpustakaan sekolah sangatlah penting. Perpustakaan sekolah sering disebut sebagai jantungnya sekolah, karena yang menjadi denyut nadi proses pembelajaran di sekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan juga dipandang sebagai kunci bagi ilmu pengetahuan dan inti setiap proses pembelajaran disekolah.
            Tujuan perpustakaan sekolah yaitu:
1)      Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya serta mendayagunakan budaya tulisan
2)      Mendidik peserta didik agar mampu memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan efisien
3)      Meletakkan dasar ke arah belajar mandiri
4)      Memupuk bakat dan minat
5)      Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari atas usaha dan tanggungjawab sendiri
Fungsi perpustakaan sekolah sebagai pelengkap pendidikan yaitu:
1)      Menyerap dan menghimpun informasi guna kegiatan belajar mengajar
2)      Menyediakan sumber-sumber rujukan yang tepat untuk kegiatan konsultasi bagi peserta didik dan pendidik
3)      Menyediakan bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan rekreatif yang berkaitan dengan bidang budaya dan dapat meningkatkan selera mengembangkan daya kreatif
4)      Melaksanakan layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan menarik sehingga pendidikan peserta didik tertarik dan terbiasa dalam menggunakan fasilitas perpustkaan
Tenaga perpustakaan terdiri dari:
1)      Pustakawan, adalah seorang guru pustakawan, yaitu guru yang disamping tugas mengajar juga mengolah perpustakaan. Untuk ini diperlukan pendidikan ilmu dan teknologi perpustakaan kurang lebih 6 bulan (630 jam). Guru perpustakaan mempunyai kedudukan sejajar dengan guru.
2)      Tenaga pembantu, adalah tenaga pustakawan pembantu dan tenaga adminstrasi, dapat seorang guru atau tenaga administrasi  dengan pengetahuan perpustakaan sedikitnya 120 jam.
Jadi, Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di MAN 1 Kendari bahwa adanya minat peseta didik dalam membaca sangatlah minim, padahal perpustakaan sudah menyiapkan berbagai fasilitas untuk memudahkan peserta didik mengembangkan minat dan kemampuanya masing-masing. Namun, tidak semua peserta didik malas untuk mengunjungi perpustakaan. Dalam peminjaman buku siswa diberikan kemudahan dengan alokasi waktu selama 1 tahun. Tapi dengan syarat buku yang sudah dipinjamkan maka sudah tentu untuk menjaga dan merawatnya agar buku tersebut bisa pula menikmati kepada generasi penerusnya yaitu siswa baru. Setiap tahun pula perpustakaan selalu menerima penambahan buku untuk menunjang proses pembelajaran dalam hal ini, kegiatan belajar tambahan seperti tata busana (Tabus), Radio TV, Listrik dan TIK


MAN 1 Kendari mempunyai struktur perpustakaan yang di kepalai oleh:


Kepala Perpustakaan
(Drs. H. Marzuki)
 





                                                                                                              Unit Pelayanan Khusus
                                                                                                               (Ld. Muh. Marwan H)

             
 



         Unit Pelayanan Administrasi                                            Unit Pelayanan Pembaca
                      (Hamriani)                                                                        (Rali Aria )












BAB V
PENUTUP

A.           Kesimpulan
                 Dalam hasil penlitian menunjukan MAN I KENDARI dalam pelaksanaan MBS dikatakan sebagai sekolah yang telah mengimlementasikan MBS. Dari data yang telah di  ajukan maupun diberikan kepada kami selaku peneliti sangat jelas dan akurat. MAN I KENDARI telah memenuhi kriteria dalam pelaksanaan MBS dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, peserta didik, keungan sarana dan prasarana, layanan kusus atau perpustakaan humas dan lain-lain yang bersangkutan dengan terlaksannya MBS. MBS MAN I KENDARI dilaksanakan sejak pada tahun 2005 hingga sekarang, berbagai peralihan status, dari sekolah yang biasa menjadi MAN-Model hingga sekarang mendapat predikat MAN-Unggulan, ini menandakan mempunyai program yang jelas dari setiap pemimpin MAN  I KENDARI. Kepalah sekolah MAN tentunya mempunyai visi dan misi yang jelas sehingga meningkatkan elektabilitas sekolah dan mampu mengelevator sekolah sehingga menjadi MAN –unggulan. Membuktikan dalam pelaksanaan MBS tidak di sia-siakan kesempatan yang diberikan oleh pemerintah dalam menjamin mutu pendidkan dan keberlangsungan tujuan pendidikan.

B.            Saran
                 Dalam penyusunan penilitian ini, masi banyak kekurangan dalam sistematika penulisan maupun struktur penulisan dalam bahasa indonesia, oleh karena itu kami mengajak para pembaca untuk sama-sama mengoreksi dan memberikan saran yang bersifat membangun dan perbaikan penyusunan penelitian ini. Kami mengharapkan kritikan dan sarannya untuk dari para pembaca yang sempat membaca hasil penilitian ini.







DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 1999, Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Menjelang Era Tinggal
Landas, Jakarta: Depdiknas.
Jalal,Fasil dan Supardi, Desi, 2001 Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi
Daerah, Yogjakarta, Adi Cita.
PPN dan Bank Dunia, 1999 School Based Management, Jakarta BPPN dan Bank
Dunia.
Sidi Indrajati,2000 Kebijakan Penyelenggaraan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan
Bandung, UPI
Toha, 1995 Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali.
Undang-undang No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama, 2001 Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah , Jakarta, Direktorat SLTP.










LAMPIRAN:
RUANGAN IPS                                                                   RUANGAN IPA
RUANGAN PERPUSTAKAAN                                        RUANGAN  GURU
MASJID                                                                                 WISMA

RUANGAN KEPSEK                                                                          RUANGAN LAP
RUANGAN BELAJAR
 
 

TENTANG PENULIS
Muhammad . mahasiswa Satain kendari Jurusan tarbiyah program studi pendidikan agama islam (PAI) semester IV. Lahir di wunse kabupaten konawe kepulauan wawonii tenggara tepatnya desa wunse jaya pada tanggal 30 juni 1992. Menyelesaikan studi SD tahun 2007 di wunse, SLTP tahun 2009 di mosoloh, SMA tahun 2012 di MAN I KENDARI kota kendari. Dan sekarang masi status mahasiswa program keguruan. Perna aktif di organisasi MARCHING BAND madrasah Aliyah sebagai penanggulangi kerusakan bagian alat trompet dan trumbon , Rohis  dan pramuka sebagai anggota serta pengembangan ekstra kulikuler yang berkaitan dengan pengembangan potensi, perna berkipra di paskibraka dan pelatih PBB. Organisasi yang di tempuh perguruan tinggi Stain Kendari, perna di (GEMA) Pembebasan, HT- indonesia sebagai anggota serta  KAMMI  sebagai kadiv jarkom pada tahun 2013-2014 selanjutnya ketua KAMMI masi berjalan, perna juga berkipra di GP Ansor sulawesi tenggara sebagai sekretaris cabang lepo-lepo yang terakhir RIMBA periset muda buton raya sebagai penalaran sains, serta organisasi internal kampus stain kendari ,pusat  pendidikan anak dan ganeral (PSGA), HMJ-T himpunan mahasiswa jurusan tarbiayah sebagai penalaran ilmia.












MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
manajemen berbasis sekolah (MBS) disebut dengan manajemen besic school yang meniti beratkan kepada sekolah dalam pelaksanaan-nya. Pendidikan akan bermutu dan berkualitas dan bermatabat dalam suatu sekolah manakala terstruktr dengan baik, manajemen berbsis sekolah adalah instrumen dalam mencapai tujuan pendidikan dalam negeri ini. Kemampuan dalam mengelolah adalah suatu keharusan dalam pelaksanan MBS karena pemerintah telah mempercai oleh pihak sekolah dalam mengelolah sekolah otonom secara sendiri dalam melaksanakan dan melengkapi kekurangan dalam sekolah tersebut. Dalam gaya ini memudahkan sekolah untuk menyeimbangkan dengan taraf nasional mana kala kkepala sekolah jelih mengelolah fasilitas maupun darisemua jejeranya.
Kemampuan ini mestinya dimiliki oleh kepala sekolah, yang lebih lagi oleh calon guru yang bisa mengimplementasikan dan menyesuaikan pada zaman era kontemporer akan melahirkan pendidikan yang berkualitas.
Pemuda adalah pemikir
Pelajar/mahasiswa adalah pemuda intelektual profetik
Sosok pemuda adalah potret indonesia masa depan
Yang lebih penting adalah tim, bukan induvidu dalam menciptakan sekolah yang bermatabat  sesuai tujuan pendidikan, sekolah dibutukan tim, gagasan yang banayak, cara yang banyak bukan individu ide satu orang, dara satu orang, jangan mengharapkan imlementasi MBS terlaksana dengan baik bila tidak ada tim dalam sekolah.