manajemen berbasis sekolah
(Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah MAN I KENDARI)
TIM PENYUSUN
MUHAMMAD
UCIRMAN
ABDUL KHOLIK
IZRA DANUR HAJAR
TARBIYAH/PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAIN SULTAN (STAIN)
QAIMUDDIN
KENDARI
2014
Bidang Kurikulum
| Bidang Kesiswaan | Bidang Keuangan | Bidang Sarana Prasarana | Bidang Tenaga
Kependidikan | Bidang Humas | Bidang Perpustakaan
KATA
PENGANTAR
Oó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$#
Alhamdulillah
kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan inayanya penelitian ini dapat terlaksana sesuai prosedural yang di
tentukan oleh dosen pembimbing. Shalawat serta salam kita haturkan kepada
Muhammad SAW, pemimpin yang menjadi teladan sepanjang masa. sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan tugas hasil
penelitian ini, dalam rangka untuk memenuhi kriteria sebagai mahasiswa
sebagimana mestinya . Dalam proses
pengumpulan data-data dan juga proses pembuatan penelitian ini tidak lepas dari
kerja keras kelompok kami. Hasil penelitian yang kami buat adalah Tentang
menajemen berbasis sekolah (MBS) dalam hal ini terkait dengan imlementasi
manajemen berbasis sekolah.
Semoga
dengan penelitian yang kami laksanakan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
tentang seberapa pentingnya implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam
sekolah-sekolah yang menerapkannya. Maka dari kelompok kami sangat bersyukur
dapat kami selesaikan hasil penelitian, atas saran dan masukan dari kelompok
yang lain terutama oleh dosen pembimbing.
Kami
ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing oleh Dr. Ambar Sri lestari.
M.Pd dengan bimbingan dan masukan yang selalu menguatkan kami dalam pelaksanaan
penelitian. Kelompok kami melaksanakan penelitian di MAN I KENDARI yang
melaksanakan MBS sejak tahun 2005, maka dengan ini saran dan usul merupakan
penguatan dalam penyusunan penelitian dapat terlaksana dengan baik.
Kendari, 28 juni
2014
Tim
Penyusun
Kelompok
I
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................xi
DAFTAR
ISI.....................................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar
Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan
Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
D.
Manfaat
Penelitian.....................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................4
A. Pengertian...................................................................................................4
B. Pendapat Para Ahli....................................................................................5
C.
Pendapat
Penulis........................................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN DAN
PENGUMPULAN DATA.........................12
A. Metode Penelitian......................................................................................12
1. Kualitatif..............................................................................................12
B. Metode pengumpulan Data......................................................................13
1.
Studi
Pustaka......................................................................................13
2.
Wawancara.........................................................................................14
BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................................................15
BAB V PENUTUP............................................................................................................31
A.
Kesimpulan.................................................................................................31
B.
Saran...........................................................................................................31
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................................ii
LAMPIRAN........................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kemajuan
suatu sekolah berada dalam kepemimpinan kepala sekolah yang selalu
mengkoordinir dalam kegiatan yang telah di rencanakan. Sekolah akan
melakukan kegiatan secara maksimal jika
mempunyai dana yang lebih untuk memenuhi program kerja yang direncanakannya.
Kemampuan kepalah sekolah mengelolah dalam setiap bidang akan berimlikasi pada
sekolah tersebut. Kecenderungan kepala sekolah akan mementingkan diri pribadi
masing-masing, namun kepala sekolah memastikan akan berlangsungan manajemen
dalam lembaga yang dipimpinnya. Maka dengan itu di butukan sektor pendukung,
yang akan menjamin pendidikan, pendidikan sangat penting dalam era kontemporer.
Mutu pendidikan sangat menentukan keberlangsungan masa depan indonesia dalam
ruang lingkup secara umum, secara khusus pribadi kita masing-masing. Program
pemerinatah dalam lembaga sangat menetukan keberhasilan sekolah tersebut,
lahirlah sistem MBS yang memberikan peluang sekolah untuk memgelolah
administrasi secara mandiri. Manajemen berbasis sekolah menekankan sekolah untuk
berkompetisi dengan sekolah-sekolah lain,kapasitas sekolah dalam proses
pembelajaran sanggat menetukan keberhasilan peserta didik secara komprehensif. Peserta didik sangat
berperan penting untuk keberhasilan sekolah dalam mewujudkan implementasi MBS
Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) adalah kebijakan pemerintah yang diberikan masing-masing
sekolah untuk mengelola dan mengoptimalkan pendidikan di daerahnya sesuai
dengan karakteristik di daerahnya masing-masing dan keikutsertaan masyarakat
dalam mewujudkan tujuan pendidikan.
Upaya
peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan sekolah dalam
mengelola institusinya, telah dilakukan Depdiknas. Baik sebelum otonomi daerah
maupun sesudah otonomi daerah. Pada era otonomi daerah muncul program pemberdayaan
sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah ( M B S ).
MBS
akan terlaksana apabila didukung oleh sumber daya manusia ( SDM ) yang memiliki
kemampuan, integritas dan kemauan yang tinggi. Salah satu unsur SDM dimaksud
adalah guru, di mana guru merupakan faktor kunci keberhasilan peningkatan mutu
pendidikan karena sebagai pengelola proses belajar mengajar bagi asiswa.
Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional khususnya
pendidikan dasaar dan menengah pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru,
pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan,
dan pewningkatan mutu manajemen sekolah. Namun berbagai indikator mewujudkan
bahwa, mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan. Sebagian kecil
saja sekolah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan,
namun sebagian besar lainnya masih memprehatinkan.
Dari berbagai pengamatan dan analisis, ada tiga hal pokok yang menyebabkan mutu
pendidikan kita tidak mengalami peningkatan secara signifikan.
Pertama,
kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan yang
menganggap bahwa apabila semua komponen pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan
buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainya
terpenuhi, maka hasil pendidikan yang dikehendaki yaitu mutu pendidikan secara
otomatis akan terwujud. Dan yang terjadi tidak demikian, karena hanya
memusatkan pada masalah pendidikan dan tidak memperhatikan proses
pendidikannya.
Kedua,
penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik- sentralistik
sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung
pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan
kadang-kadang kebijakan ayang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi setempat.
Lebih parah lagi jika sekolah sendiri pasif dalam arti tidak punya kreativitas.
Ketiga,
peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya lebih
banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan. Sekolah tidak
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat,
khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur yang berkepentingan dengan
pendidikan.
B.
Rumusan
masalah
Dalam
persoalan MBS memerlukan komponen-komponen dalam imlementasi MBS, maka dengan
demikian ada beberapa rumusan masalah dalam pelaksanaan MBS.
1. Menjelaskan
Kurikulum MAN I KENDARI?
2. Menjelaskan
tenaga kependidikan MAN I KENDARI?
3. Menjelaskan
kesiswaan MAN I KENDARI?
4. Menjelaskan
keungan MAN I KENDARI?
5. Menjelaskan
sarana dan prasarana MAN I KENDARI?
6. Menjelakan
hubungan masyarakat (humas) MAN I KENDARI?
7. Menjelaskan
layanan kusus (perpustakaan) MAN I KENDARI?
C.
Tujuan
penilitian
Penilitian
ini bertujuan untuk mengetahui MAN I KENDARI dalam pelaksanaan MBS untukter
capainya tujuan pendidikan.
1. Untuk
mengetahui Kurikulum MAN I KENDARI
2. Untuk
mengetahui tenaga kependidikan MAN I KENDARI
3. Untuk
mengetahui kesiswaan MAN I KENDARI
4. Untuk
mengetahui keungan MAN I KENDARI
5. Untuk
mengetahui sarana dan prasarana MAN I KENDARI
6. Untuk
mengetahui masyarakat (humas) MAN I KENDARI
7. Untuk
mengetahui layanan kusus (perpustakaan) MAN I KENDARI
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
MBS
Manajemen Berbasis
Sekolah adalah model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
bersama/partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat. Untuk mengelola
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional. Otonomi yang demikian memberikan kebebasan sekolah untuk
membuat program-program sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pengambilan keputusan
bersama dengan warga sekolah dan dedikasi tanggung jawab bersama untuk kemajuan
sekolah. Dengan tidak mengurangi otonomi sekolah, demi kepentingan-kepentingan
pribadi atau kelompok untuk menguasai sekolah tanpa partisipasi warga sekolah
dan masyarakat.
Manajemen berbasis sekolah (MBS)
atau School Based management, adalah bentuk dari alternatif pengelolaan sekolah
dari program desentralisasi dalam bidang pendidikan. Dalam hal ini, sekolah
memiliki kewenangan dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan secara mandiri
yang tidak tergantung kepada birokarasi sentralistik.
Kewenangan tersebut sesuai dengan perannya yang dilandasi oleh Undang – undang
Nomor 22 tahun 1999, tentang otonomi daerah dan undang – undang Nomor 25 tahun
2000, tentang perimbanan keuangan antara pusat dan daerah untuk mengatur dan
menampung aspirasi masyarakat untuk turut serta melakukan kontrol dan pembinaan
terhadap sekolah.
Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan
terjemahan dari “school-based management”. MBS merupakan paradigma baru
pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan
masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. clip_image001
Menurut Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas
sekolah. Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk
alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. Secara umum,
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai
model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan
mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung
semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa,
dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
pendidikan nasional. Lebih lanjut istilah manajemen sekolah acapkali
disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu,
terdapat tiga pandangan berbeda; pertama, mengartikan administrasi lebih luas
dari pada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua,
melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi (administrasi merupakan
inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa manajemen identik dengan
administrasi. Dalam hal ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah
administrasi atau pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan
sumber-sumber, baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna
menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara optimal. Pengertian
manajemen menurut Hasibuan merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu. Definisi manajemen tersebut menjelaskan pada kita
bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri, tetapi
membutuhkan orang lain untuk bekerja sama dengan baik. Berdasarkan fungsi
pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama, yaitu:
merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan
(directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan
mengevaluasi (evaluation). Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen
pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik,
sitemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Manajemen
Berbasis Sekolah memiliki karateristik yang harus dipahami oleh sekolah yang akan
menerapkannya yang meliputi komponen pendidikan dan perlakuannya pada setiap
tahap pendidikan input, prose dan outputnya.
B.
Pengertian
MBS menurut para ahli
Manajemen Berbasis Sekolah mempunyai
alasan-alasan yang menerapkan MBS di sekolah-sekolah;antara lain:
Departemen Pendidikan Nasional merincikan alasan MBS
sebagai berikut:
- Dengan
pemberian otonomi yang lebih besar kepada daerah maka sekolah akan lebih
inisiatif dan kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah
- Dengan pemberian fleksibilitas keluwesan yang lebih
besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan
lebih luwes dan lincah dala mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah
secara optimal untuk menigkatkan mutu sekolah.
- Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
- Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya
input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan
- Pengembilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah
lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah
- Penggunaan sumberdaya pendidikan lebbih efisien
dan efektif
- Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat
dalam pengambilan keputusan
- Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu
pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik dan
masyarakat pada umumnya
- Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat
dengan sekolah-sekolah yang lain dalam peningkatan mutu pendidikan melalui
upaya yang inovatif
- Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi
masyarakat dan lingkunyannya yang berubah dengan cepat.
Sedangkan Nukolis memberikan alasan MBS sebagai
berikut:
Sekolah lebih mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya, sehingga sekolah dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahuikebutuhannya. Ketiga, keterlibatan
warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan
transparansi dan demokrasi yang sehat.
Menurut Mulyasa alasan MBS antara lain:
- Pemerintah
mempunyai konsisten untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan
- Kegagalan
program-program peningkatan kualitas pendidikan sebelumnya (JPS/Aku Anak
Sekolah) karena manajemen yang terlalu kaku dan sentralistik
- Muncul pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan
yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan
berbagai kebijakan secara luas.
Data lain dari internet yang menjabarkan alasan penerapan
MBS di sekolah antara lain:
- Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman bagi dirinya, sehingga dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
- Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya,
khususnya input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan peserta didik.
- Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah
lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang
paling mengetahui apa yang terbaik bagi sekolahnya.
- Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien
dan efektif bila masyarakat setempat juga ikut mengontrol
- Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat
dalam pengambilan keputusan sekolah, menciptakan transparansi dan
demokrasi yang kuat Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
sekolah masing-masing kepada pemerintah, orang tua, dan masyarakat
- Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat
dengan sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya
inovatif dengan dukungan orang tua, masyarakat, dan pemerintah
- Sekolah dapat secara tepat merespon aspirasi
masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat.
Berdasarkan alasan yang dijabarkan di atas dapat
diambil alasan MBS menurut penulis antara lain:
- Lingkungan yang paling dekat dengan siswa adalah
lingkungan sekolah. Sehingga stakeholders dapat menyesuaikan
program berdasarkan kebutuhan
- Adanya keterbukaan sehingga masyarakat mengetahui
dengan jelas karena masyarakat ikut berperan dalam peningkatan mutu
pendidikan
- Semangat untuk bersaing tinggi dengan sekolah
lain dari daerah sendiri sampai nasional.
- Aspirasi masyarakat cepat tersampaikan.
Menurut Slamet P.H (2001),
pelaksanaan MBS merupakan proses yang berlangsung secara terus-menerus dan
melibatkan semua unsur yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan
di sekolah. Oleh karena itu, strategi utama yang perlu diditempuh dalam
melaksanakan MBS adalah sebagai berikut.
Pertama, mensosialiasikan
konsep MBS. Sosialisasi dilakukan kepada seluruh warga sekolah, yaitu
guru,siswa, wakil-wakil kepala sekolah, konselor, karyawan dan unsur-unsur
terkait lainnya (orangtua murid, pengawas, dan sebagainya) melalui seminar,
diskusi, forum ilmiah, dan media masa dengan memperhatikan sistem, budaya, dan
sumber daya sekolah.
Kedua, melakukan
analisis situasi. Analisis sistuasi akan menghasilkan tantangan nyata, yang
harus dihadapi oleh sekolah. Tantangan adalah kesenjangan antara keadaan
sekarang dan keadaan yang diharapkan. Karena itu, besar kecilnya
ketidaksesuaian antara keadaan sekarang (kenyataan) dan keadaan yang diharapkan
(idealnya) memberitahukan besar kecilnya tantangan yang ada.
Ketiga, merumuskan tujuan situasional
yang akan dicapai melalui pelaksanaan MBS, berdasarkan tantangan nyata yang
dihadapi. Kriteria kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya ditetapkan.
Kriteria ini digunakan sebagai standar atau kriteria untuk mengukur tingkat
kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya.
Keempat, mengidentifikasi
fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan yang
masih perlu diteliti tingkat kesiapannya. Untuk mencapai tujuan situasional
yang telah ditetapkan, maka perlu diidentifikasi fungsi-fungsi mana yang perlu
dilibatkan untuk mencapai tujuan situasional dan yang masih perlu diteliti
tingkat kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud di antaranya meliputi
pengem-bangan: kurikulum, tenaga kependidikan dan nonkependidikan, siswa, iklim
akademik sekolah, hubungan sekolah-masyarakat, fasilitas, dan fungsi-fungsi
lain.
Kelima, menentukan
tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-faktornya melalui analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, and Threat). Analisis SWOT dilakukan dengan maksud
mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan situasional yang telah ditetapkan. Berhubung
tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor
yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap
keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong internal
maupun eksternal. Tingkat kesiapan setiap fungsi harus memadai. Paling tidak
memenuhi ukuran kesiapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan situasional,
yang dinyatakan sebagai kekuatan, bagi faktor yang tergolong internal,
serta peluang, bagi faktor yang tergolong faktor eksternal. Sedang
tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran kesiapan,
dinyatakan sebagai kelemahan, bagi faktor yang tergolong faktor
internal, dan ancaman, bagi faktor yang tergolong faktor eksternal.
Keenam, memilih
langkah-langkah pemecahan masalah atau tantangan, yakni tindakan yang
diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Agar
tujuan situasional tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah
ketidaksiapan menjadi kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut langkah-langkah
pemecahan persoalan, yang hakikatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan
dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang. Hal itu dapat
dilakukan dengan memanfaatkan adanya satu/lebih faktor kekuatan dan/atau
peluang.
Ketujuh, membuat
rencana untuk jangka pendek, menengah, dan panjang, berikut program-program
untuk merealisasikan rencana tersebut. Perencanaan itu dilakukan secara
partisipatif dan berdasarkan pada pemecahan masalah. Sekolah tidak selalu
memiliki sumber daya yang cukup untuk melaksanakan manajemen berbasis sekolah,
sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk rencana jangka pendek, menengah,
dan panjang.
Kedelapan, melaksanakan
program-program untuk merealisasikan rencana jangka pendek manajemen berbasis
sekolah. Kesembilan, melakukan pemantauan serta evaluasi proses
hasil MBS. Hasil pantauan proses dapat digunakan sebagai umpan balik bagi
perbaikan penyelenggaraan. Sementara hasil evaluasi dapat digunakan untuk
mengukur tingkat ketercapaian tujuan situasional yang telah dirumuskan.
Nurkholis (2003:132) mengemukakan
sembilan strategi keberhasilan implementasi MBS.
Pertama, sekolah
harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam
kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan ketrampilan secara
berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian, serta pemberian
penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil. Mulyasa (2005: 41)
menyatakan bahwa salah satu bentuk otonomi sekolah adalah kebijakan
pengembangan kurikulum yang mengacu kepada standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan standar isi, serta pembelajaran beserta sistem evaluasinya, sepenuhnya
menjadi wewenang sekolah, yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan
masyarakat yang dilakukan secara fleksibel. Dengan demikian, otonomi sekolah
yang dilakukan secara benar dalam kerangka implementasi MBS diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Kedua, adanya peran
serta masyarakat secara aktif dalam hal pembiayaan, proses pengambilan
keputusan terhadap kurikulum dan pembelajaran dan non- pembelajaran.
Menurutnya, sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola
sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat secara luas.
Wujud dari partisipasi masyarakat dan orang tua siswa bukan hanya sebatas dalam
bantuan dana, tetapi lebih dari itu dalam memikirkan peningkatan kualitas
sekolah. Misalnya, partisipasi masyarakat dalam merencanakan dan mengembangkan
program-program pendidikan. Pembahasan lebih lanjut dari peran serta masyarakat
ini disajikan dalam Unit 4.
Ketiga, adanya
kepemimpinan sekolah yang kuat sehingga mampu menggerakkan dan mendayagunakan
setiap sumber daya sekolah secara efektif. Kepala sekolah harus menjadi sumber
inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Dalam MBS
kepala sekolah berperan sebagai designer, motivator, fasilitator, dan
liaison. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas
kemampuan manajerial dan kepemimpinan, dan bukan lagi didasarkan atas jenjang
kepangkatan.
Menurut Mulyasa (2005:98), Kepala
Sekolah merupakan “sosok kunci” (the key person) keberhasilan
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dalam kerangka implementasi MBS.
Oleh karena itu, dalam implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi,
misi, dan wawasan yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan
profesional dalam mewujudkannya melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial,
dan supervisi pendidikan. Kepala sekolah juga dituntut untuk menjalin kerjasama
yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di
sekolah. Singkatnya, dalam implementasi MBS, kepala sekolah harus mempu berperan
sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan
motivator. Keempat, adanya
proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan
sekolah yang efektif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan
iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus
dilayani kepala sekolah adalah murid dan orangtuanya, serta masyarakat dan para
guru. Kelima, semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya
secara sungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya
masing-masing harus ada sosialisasi tentang konsep MBS. Keenam, adanya panduan (guidelines)
dari Departeman Pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan
di sekolah secara efisien dan efektif. Dengan dasar hukum pelaksanaan MBS yang
tertuang adalam UU No. 25 Tahun 2000, dan UU No. 20 Tahun 2003, Departemen
Pendidikan diharapkan memberikan panduan sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan
MBS yang sifatnya tidak mengekang dan membelenggu sekolah. Ketujuh, sekolah harus transparan dan
akuntabel yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggungjawaban tahunan.
Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah terhadap semua stakeholder.
Untuk itu, sekolah harus dikelola secara transparan, demokratis, dan terbuka
terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak terkait. Kedelapan,
penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah, khususnya
pada peningkatan prestasi belajar siswa. Kesembilan, implementasi
diawali dengan sosialisasi konsep MBS, identifikasi peran masing-masing,
pembangunan kelembagaan (capacity building), pengadaan
pelatihan-pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses
pembelajaran, monitoring dan evaluasi, serta melakukan perbaikan-perbaikan.
C. Pendapat kelompok
MBS merupakan sala satu pemberian
otonomi oleh pemerintah untuk mengelola secara mandiri sekolah tersebut. MBS
sesuatu yang akan memperbaiki sistem sekolah mana kala dalam sekolah mempunyai
sistem dengan baik serta mendukung semua sektor, sarana prasaran, peserta
didik, kurikulum, layanan khusus, keuangan dan masi ada lagi. Dalam ruang
lingkup sekolah perlu memahami tata cara pelaksanaan MBS yang akan dilakukan
oleh kepala sekolah beserta jejeran-aya dalam mensukseskan agenda besar dalam
menyusun formatur yang akan di dilakukan oleh kepala sekolah.
Kelompok kami memandang dalam
pelaksanan MBS harus siap segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanan MBS dalam rangka untuk mewujudkan
tujuan pendidikan yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, tingkat kepercayaan
pemerintah akan semakin meningkat jika dalam pelaksanaan MBS terealisasi
semaksimal mungkin. Kami memandang dalam pelaksanaan MBS akan perlu kerja sama
dengan pihak lain yang bersangkutan misal masyarakat
BAB III
METODE PENILITIAN DAN PENGUMPULAN
DATA
A.
Metode
kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan
memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang
seharusnya, maka seorang jika meneliti haruslah orang yang memiliki sifat open
minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar
bearti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas
sosial. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, adalah instrumen kunci. Oleh
karena itu, penelitian harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi
bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi
lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk
memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembagan.
enelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah, yang
bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah
dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti
dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010: 9)
Penelitian kualitaif merupakan penelitian yang digunakan
untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau
keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010: 1).
Sugiyono (2011:15), menyimpulkan bahwa metode penelitian
kulitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik
pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitaif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
Dari beberapa teori-teori di atas, maka dapat kita simpulkan
bahwa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena
dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
B. Studi pustaka
Sumber data yang digunakan dalam penilitian ini yaitu
melalui referensi yang relevan dengan penilitian, dari buku buku yang
sebanding, tabloit, maupun wawancara yang dilakukan dengan face to face. Yang
melibakan keseluruhan masyarakat unutk membandingkan pembelajaran dengan media
berbasis komputer. Dengan pengambilan sampel data dari masyarakat dapat
diketahui pengaruh pembelajaran media berbasis komputer. Ternyata dengan
menggunakan media lebih simpel dan lebih akurat untuk menyampiakan informasi
kepada peserta didik. Dengan adanya penilitian ini di harapkan untuk menindak
lanjuti penggunaan media berbasis komputer untuk mencerdaskan peserta didik.
Dalam penilitian ini menggunakan instumen untuk mengukur
kapabilitas pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik. Dan kemudian
dilakukan dengan secara berkelanjutan yang akan memberikan pengaruh positif
dalam pelaksanaan pembelajaran manjemen berbasis sekolah. Penilitian ini
dilakukan karena disadari bahwa dalam pelaksanan MBS masi kurang, maka dengan
ini bisa diketahui yang menyebabkan kurangnya pelaksanaan MBS. MBS sangat
berperan penting dalam proses pembelajaran, maka dengan ini penilitian ini
menggunakan sumber-sumber data yang valid dari referensi yang dianggap relevan
dengan penilitian. Dengan kepentingan kita bersama maka diharakan kerjasama
dengan pihak yang bersangkutan, lembaga pemerintah maupun administrasi sekolah
beserta dengan masyarakat dengan siswa yang bergelut dalam lembaga maupun yang
mempunyai kepentingan. Wawancara digunakan untuk mengetahui data yang secara
langsung disetai angket untuk data-data yang lebih valid da teruji kebenaran
penilitian ini.
C. pengumpulan
data
Adapun teknik pengambilan data dalam penilitian ini adalah
sebagai berikut Wawancara Digunakan
untuk mengumpulkan sumber data yang di peroleh dari sampel penilitian. Dengan
adanya wawancara dapat digunakan sebagai bahan dalam penilitian ini sebagai
sumber data yang valid dan akurat. Untuk itu kami sebagai kelompok peniliti
menggunakan instrumen face to face dalam pelaksanaan penelitian, dalam
penilitian ini guru maupun pihak yang bersangkutan memberikan jawaban dengan
sebaik-baiknya dalam ketertiban wawancaara dalam pengambilan sampel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
a.
bidang kurikulum MAN I KEDARI
Bidang Kurikulum adalah suatu proses
kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh
serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara
efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Secara operasional kegiatan administrasi kurikulum dapat di
identifikasikan menjadi tiga kegiatan pokok yakni; kegiatan yang berhubungan
dengan peserta didik, kegiatan yang berhubungan pendidik dan kegiatan yang
berhubungan dengan seluruh aktivitas akademik.
Berdasarkan
hasil observasi yang kami lakukan mengenai struktur kurikulum di Madrasah
Aliyah meliputi subtansi pembelajaran
yang ditempuh dalam suatu jenjang
pendidikan selama satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas
X sampai dengan kelas XII dan terdiri atas sejumlah mata pelajaran, muatan lokal,
dan pengembangan diri.
Pengorganisasian
kelas-kelas dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan umum yang
diikuti oleh seluruh peserta didik, kelas XI dan XII yang merupakan program
penjurusan, terdiri atas empat program, yaitu program Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), program Bahasa, program
Keagamaan, serta program Kelas Akselerasi.
Dari
struktur kurikulum yang ada dalam kerangka mencapai target yang diinginkan
dipandang perlu menambah jam pelajaran untuk mata pelajaran tertentu.
Penambahan jam pelajaran per tahun pelajaran Madrasah Aliyah dengan penyebaran
seperti data berikut:
Tabel 03
No.
|
Kelas
|
Mata Pelajaran
|
Jam Tambahan
|
1.
|
X
|
1.
BahasaInggris
2.
Matematika
|
2
2
|
2.
|
XI-IPA
|
1.
BahasaInggris
2.
Matematika
|
2
2
|
3.
|
XI-IPS
|
1.
BahasaInggris
2.
Ekonomi
|
2
2
|
4.
|
XI-BHS
|
1.
Bahasainggris
2.
BahasaAsing
|
2
2
|
5.
|
XI-AGAMA
|
1.
AL-quran- hadist
2.
Bahasa Arab
3.
BahasaInggris
|
2
2
2
|
6.
|
XII-IPA
|
1.
BahasaInggris
2.
Matematika
3.
Fisika
|
2
2
2
|
7.
|
XII-IPS
|
1.
BahasaInggris
2.
Ekonomi
|
2
2
|
8.
|
XII-BHS
|
1.
BahasaInggris
2.
BahasaAsing
|
2
2
|
9.
|
XII-AGAMA
|
1.
Al-quran- hadist
2.
Bahasa Arab
3.
Bahasaasing
|
2
2
2
|
Selanjutnya, Madrasah Aliyah dalam
melaksanakan pembelajaran menggunakan system paket yang berarti bahwa semua
peserta didik wajib mengikuti seluruh
program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk
setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku di Madrasah Aliyah
ini.
Beban belajar dirumuskan dalam
bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program
pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran
yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan guru. Penugasan
terstruktur adalah kegiatan pendalaman materi pembelajaran yang dirancang oleh
guru untuk mencapai standar kompetensi dan waktu penyelesaian tugasnya
ditentukan oleh guru. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah pendalaman
materi pembelajaran oleh peserta didik
yang dirancang oleh guru untuk mencapai standar kompetensi dan waktu
penyelesaian diatur sendiri oleh peserta didik.
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik,
Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran di Madrasah Aliyah berlangsung
secara 45 menit. Jumlah jam tatap muka yang tercantum dalam struktur kurikulum
adalah:Tabel 04
No
|
Kelas
|
Jumlah Jam Pelajaran Per Minggu
|
1
|
X
|
47
|
2
|
XI
|
47
|
3
|
XI
|
47
|
Pemanfaatan alokasi waktu kegiatan
terstruktur dan tidak terstruktur sebanyak maksimum 60% dari jumlah alokasi
waktu tatap muka per mata pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
mata pelajaran. Alokasi waktu dimaksud, digunakan untuk pelaksanaan remedial
dan pendalaman atau pengayaan materi.
Mata pelajaran yang diberikan untuk
masing-masing jurusan dengan alokasi waktu terdiskripsi pada table berikut:
Struktur
Kurikulum Kelas X Umum. Tabel 05
Komponen
|
AlokasiWaktu
|
|
Semester 1
|
Semester 2
|
A. Mata
PelajaranPendidikan Agama
|
|
|
Al-quran-hadist
|
2
|
2
|
Fikih
|
2
|
2
|
AkidahAkhlak/ SKI
|
2
|
2
|
PendidikanKewarganegaraan
|
2
|
2
|
BahasaIndonesi
|
4
|
4
|
Bahasa Arab
|
2
|
2
|
BahasaInggris (4)
|
5
|
5
|
Matematika (4)
|
5
|
2
|
7. Fisika
|
2
|
2
|
8. Biologi
|
2
|
2
|
9.Kimia
|
2
|
1
|
10. Sejarah
|
1
|
1
|
11. Geografi
|
1
|
2
|
12.Ekonomi
|
2
|
2
|
13.Sosiologi
|
2
|
2
|
14. SeniBudaya
|
2
|
2
|
15.Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan
Kesehatan
|
2
|
2
|
16. Teknologi Informasi dan Komunikasi
|
2
|
2
|
17.Bahasa Mandarin /Jepang/ Jerman / Mandarin
|
2
|
2
|
A. MuatanLokal
-IT
|
2
|
2
|
B. PengembanganDiri
|
2*)
|
2*)
|
Jumlah
|
47
|
47
|
1.
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran ( 1 jam tatap muka
PBM di kelas)
Struktur
Kurikulum Kelas X Akselerasi. Tabel 06
Komponen
|
AlokasiWaktu
|
|
Semester 1
|
Semester 2
|
A. Mata Pelajaran
Pendidikan Agama
|
|
|
Al=quran – hadist
|
2
|
2
|
Fikih
|
2
|
2
|
Akidah Akhlak SKI
|
2
|
2
|
Pendidikan Kewarganegaraan
|
2
|
2
|
Bahasa Indonesia
|
4
|
4
|
Bahasa Arab
|
2
|
2
|
Bahasa Inggris
|
5
|
5
|
Matematika
|
5
|
5
|
7. Fisika
|
2
|
2
|
8. Biologi
|
2
|
2
|
9. Kimia
|
2
|
2
|
10. Sejarah
|
1
|
1
|
11. Geografi
|
1
|
1
|
12. Ekonomi
|
2
|
2
|
13. Sosiologi
|
2
|
2
|
14. SeniBudaya
|
2
|
2
|
15.Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan
Kesehatan
|
2
|
2
|
16. Teknologi Informasi dan Komunikasi
|
2
|
2
|
17. Bahasa Mandarin/Jepang/Jerman/Pranis
|
2
|
2
|
A.
MuatanLokal
-IT
|
2
|
2
|
B.
Pengembangan Diri
|
2*)
|
2*)
|
Jumlah
|
47
|
47
|
1.
2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran ( 1 jam tatap
muka PMB di kelas)
Struktur
Kurikulum Kelas XI, XII Program IPA. Tabel 07
Komponen
|
AlokasiWaktu
|
Kelas XI
|
Kelas XII
|
Smt 1
|
Smt 2
|
Smt 1
|
Smt 2
|
A. Mata Pelajaran
|
|
|
|
|
1.
Pendidikan Agama
|
|
|
|
|
AlquranHadist
|
2
|
2
|
2
|
2
|
Fikih
|
2
|
2
|
2
|
2
|
Akidah Akhlak/SKI
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2.
Pendidikan Kewarganegaraan
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3.
Bahasa Indonesia
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4.
Bahasa Arab
|
2
|
2
|
2
|
2
|
5.
Bahasa Inggris (4)
|
5
|
5
|
5
|
5
|
6.
Matematika (4)
|
5
|
5
|
5
|
5
|
7.
Fisika
|
4
|
4
|
4
|
4
|
8.
Kimia
|
4
|
4
|
4
|
4
|
9.
Biologi
|
4
|
4
|
4
|
4
|
10. Sejarah
|
1
|
1
|
1
|
1
|
11. SeniBudaya
|
2
|
2
|
2
|
2
|
12. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan
Kesehatan
|
2
|
2
|
2
|
2
|
13. Teknologi Informasi dan Komunikasi
|
2
|
2
|
2
|
2
|
14. Bahasa Mandarin/Jepang/Jerman/ Peranis
|
2
|
2
|
2
|
2
|
B. MuatanLokal
IT
|
2
|
2
|
2
|
2
|
C. Pengembangan
Diri
|
2*)
|
2*)
|
2*)
|
2*)
|
Jumlah
|
47
|
47
|
47
|
47
|
2*)
Ekuivalen 2 jam pembelajaran ( dilakukan diluar jam PBM)
Struktur
Kurikulum Kelas XI, XII Akselerasi
Program IPA. Tabel 08
Komponen
|
AlokasiWaktu
|
Kelas XI
|
Kelas XII
|
Smt 1
|
Smt 2
|
Smt 1
|
Smt 2
|
A. Mata Pelajaran
|
|
|
|
|
1.
Pendidikan Agama
|
|
|
|
|
AlquranHadist
|
2
|
2
|
2
|
2
|
Fikih
|
2
|
2
|
2
|
2
|
AkidahAkhlak/SKI
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2.
PendidikanKewarganegaraan
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3.
Bahasa Indonesia
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4.
Bahasa Arab
|
2
|
2
|
2
|
2
|
5.
BahasaInggris (4)
|
5
|
5
|
5
|
5
|
6.
Matematika (4)
|
5
|
5
|
5
|
5
|
7.
Fisika
|
4
|
4
|
4
|
4
|
8.
Kimia
|
4
|
4
|
4
|
4
|
9.
Biologi
|
4
|
4
|
4
|
4
|
10. Sejarah
|
1
|
1
|
1
|
1
|
11. SeniBudaya
|
2
|
2
|
2
|
2
|
12. Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan
Kesehatan
|
2
|
2
|
2
|
2
|
13. Teknologi Informasi dan Komunikasi
|
2
|
2
|
2
|
2
|
14. Bahasa Mandarin/Jepang/Jerman/ Peranis
|
2
|
2
|
2
|
2
|
B.
MuatanLokal
IT
|
2
|
2
|
2
|
2
|
C.
Pengembangan Diri
|
2*)
|
2*)
|
2*)
|
2*)
|
Jumlah
|
47
|
47
|
47
|
47
|
2*)
Ekuivalen 2 jam pembelajaran ( dilakukan diluar jam PBM)
Dari uraian diatas, sangat jelas
kurikulum di Madrasah Aliyah dengan pembagian waktu dan penambahan mata
pelajaran ini sesuai dengan perintah Undang-Undang, bahwa setiap sekolah yang
berbesik islam maka ada tambahan mata pelajaran. Kurikulum KTSP akan terlaksana
sesuai tujuan satuan pendidikan manakala mempunyai komponen sebagai landasan
utama bagi Madrasah itu sendiri. Komponen-komponen KTSP tersebut tujuan, materi pembelajaran,
metode atau strategi pembelajaran, media
dan evaluasi sesuai dengan ciri khasnya, sehingga diselaraskan dengan konteks.
Mata
pelajaran di MAN I Kendari yang termasuk
pelajaran inti sbb:
A.
Untuk kelas X
semua pelajaran yang diprogramkan tetap mejadi pelajaran inti untuk
memfasiltasi siswa dalam menjunjang tahap berikutnya sesuai jurusan yang ia
kehendaki oleh siswa.
B.
Untuk kelas XI dan XII sbb:
1.
Untuk IPA dan IPS;
a.
Matematika
b.
Bahasa Indonesia
c.
Bahasa Arab
d.
Bahasa Inggris
e.
Al-quran Hadis
f.
Fiqhi
g.
Bahasa Asing
h.
TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi)
i.
Seni Budaya
j.
Jasmani dan Rohani
(Olahraga)
k.
Akidah Akhlak
l.
Pendidian
Kewarganegaraan (PKN)
b.
Bidang Tenaga Pendidik
& Kependidikan
Administrasi Tenaga
Pendidik adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja dan bersunguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu para pegawai atau
guru dan staf di sekolah, sehingga mereka dapat membantu atau menunjang
kegitan-kegiatan sekolah khususnya proses belajar mengajar secara efektif dan
efisien demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang
dimaksud dengan “tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mngabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan
pendidik adalah tenaga yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong pelajar, widayiswara,
tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
Guru
berperan penting dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan kualitas
sorang siswa. Maka proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Dengan demikian,
untuk mencapai standar peningkatan kualitas pendidikan dapat di mulai
menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses
pembelajaran. Guru di MAN I KENDARI sudah cukup dalam melayani proses pembelajaran
karena rata-rata sudah sertivikasi ujarnya
Kepsek MAN. Di
mulai dari guru kelas X-XII yang berprofesional dari perancangan yang
mengmlementasikan dari berbagai strategi sehingga tidak membosankan proses
pembelajaran berjalan. Jika tidak heran siswa MAN I KENDARI mendapatkan juara dalam kompetisi karena
sudah ditinjau dari kapasitas guru. sarana dan prasarana yang memadai,
memmbentuk siswa memiliki kemampuan inovasif dan kreatif dll.jika dilihat data
tenaga pendidikan dan kependidikan dalam hal ini guru dan administrasi
pendidikan. Lihat tabel 02
Data
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
No.
|
Pendidik (Guru)
|
Tenaga Kependidikan
|
Jumlah Pendidik L/P
|
Jumlah Tenaga Kependidikan L/P
|
1.
|
Guru PNS
|
Administrasi
|
23/22
|
6/7
|
2.
|
Guru PNS diperbantukan
|
Satpam
|
2/4
|
2/-
|
3.
|
Guru Honorer
|
PetugasKebersihan
|
|
1/1
|
Dari
data diatas, menunjukan tenaga pendidik dan kependidikan merupakan hal yang
penting dalam suatu lembaga (sekolah). Di MAN I KENDARI merupan sekolah yang menurut kelompok kami
sekolah yang menjalakan admistrasi yang sesuai dengan instruksi sesauai dengan
rencana yang sudah disepakati bersama. Di MAN I KENDARI ada kegiatan migguan dan bulanan yang menjadi
kegiatan rutinan dalam hal ini membahas tentang kemajuan lembaga tersebut. Terkait dengan tenaga
kependidikan di MAN I KEDARI tentu harus adanya kerja sama antara Kepsek dan
elemen-elemen sekolah yakni administrasi yang di jalankan lembaga (sekolah)
sehingga adanya singkronisai yang sesuai jalur sehingga tidak adanya
kontradiksi.
Di MAN I
KENDARI menurut kami dalam pelayanan publik sudah dijalankan cuman hanya saja
dalam pelaksanan itu masih ada yang belum mengetahui jalur-jalur yang di
maksudkan orang yang dilayani bukan petugas administrasi. Maka persoalan dengan pelayanan publik di MAN
I KENDARI sudah terjalin dengan baik.
C. Bidang
Kesiswaan
Perlu diketahui
bahwasanya peserta didik mempunyai sebutan yang berbeda-beda. Pada taman
kanak-kanak disebut dengan anak didik. Pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah disebut dengan siswa, sedangkan pada jenjang pendidikan tinggi disebut
mahasiswa. Disamping sebutan tersebut masih ada sebutan lain bagi peserta
didik, yaitu murid, pembelajar, santri, traine dan sebagainnya. Jadi, manajemen
peserta didik merupakan layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,
pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas seperti pengenalan,
pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan,
minat dan kebutuhan sampai ia matang sekolah. Manajemen peserta didik juga
dapat diartikan sebagai usaha pengaturan, perancang terhadap peserta didik
mulai dari masuk sekolah sampai lulus sekolah. Dalam
bidang ini, bertugas sebagai membantu lancarnya kebutuhan peserta didik baik
terkait kebutuhan intra sekolah maupun ekstra sekolah khususnya MAN 1 Kendari
agar dapat terwujud daripada tujuan lembaga pendidikan (sekolah) itu
sendiri.
Berangkat dari definisi di atas, maka di dalam
pembahasan ini kami akan memaparkan hasil observasi kami mengenai telah
diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terhadap kegiatan kesiswaan di
MAN 1 Kendari dan mewancarainya berupa analisis kebutuhan peserta didik,
rekruitmen peserta didik, seleksi peserta didik dan pembinaan dan pengembangan
peserta didik.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga
pendidikan (sekolah), yaitu berupa merencanakan jumlah peserta didik yang akan
diterima. Berdasarkan wawancara tersebut bahwa daya tampung kelas yaitu 12
kelas dengan jumlah peserta didik adalah sekitar 200 orang dan jumlah peserta
didik dalam satu kelas adalah 30 orang. Dan menyusun program kegiatan kesiswaan
MAN 1 Kendari berupa visi dan misi, minat dan bakat peserta didik, sarana dan
prasarana yanga ada, anggaran yang tersedia dan tenaga kependidikan yang
tersedia pula.
Langkah
kedua adalah melakukan rekruitmen peserta didik berupa pembentukan panitia
penerimaan siswa baru, tentu dalam pembentukan panitia ini disusun secara
musyawarah yang terdiri dari semua unsur guru, tenaga tata usaha dan dewan
sekolah atau komite sekolah. Setelah itu, pembuatan dan pemasangan pengumuman
penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka.
Langkah
ketiga adalah melakukan tahap seleksi peserta didik, dalam tahap ini dilakukan
melalui dengan cara tes atau ujian yang meliputi tes kesehatan, jasmani,
akademik, tes keterampilan dan sebagainya.
Langkah
keempat adalah melakukan pembinaan dan pengembangan peserta didik
agar dapat mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal
kehidupannya di masa yang akan datang. Untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman belajar ini, serta didik harus melaksanakan bermacam-macam kegiatan,
yaitu kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler adalah semua
kegiatan yang telah ditentukan di dalam kurikulum yang pelaksanaanya dilakukan
pada jam-jam pelajaran. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu wadah
kegiatan peserta didik di luar pelajaran atau di luar kegiatan kurikuler.
Adapun kegiatan ekstra kurikuler MAN 1 Kendari yaitu OSIS (Organisasi Siswa
Intra Sekolah), Marchingband, Pramuka, dan Rohis.
Dalam mengembangkan
minat dan bakat peserta didik maka sekolah sudah memfasilitasi dengan baik dan akan diberikan berupa
penghargaan dari sekolah itu sendiri khususnya di MAN 1 Kendari terhadap
siswanya yang berprestasi baik kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler
tersebut.
D.
Bidang Sarana
& Prasarana
Secara bahasa Sarana berarti alat langsung untuk mencapai
tujuan pendidikan. Misalnya; Ruangan, Buku, Perpustakaan, Laboratorium dsb.
Sedangkan prasarana berarti alat tidak
langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. misalnya: lokasi/tempat,
bangunan sekolah, lapangan olahraga, dsb. Dengan demikian, dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa administrasi
sarana dan prasarana adalah suatu komponen-komponen yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung dalam menunjang proses pendidikan, serta dapat
mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Salah satu aspek yang seyogyanya mendapat perhatian utama dari
setiap administrator pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana
pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan,
seperti: gedung, ruang belajar atau kelas, alat-alat atau media pendidikan,
meja, kursi dan sebagainya maka MAN I KENDARI merupakan sekolah yang lengkap
mengenai sara dan prasarana.
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur,
efektif dan efesien.
Terkait dengan sarana dan prasarana jika
dilihat dari fasilitas gedung, ruang belajar secara kseluruhan 25 ruangan dan
dilengkapi dengan ruangan praktek (LAP) yang berjumlah 6 ruangan yang masing
masing lap diengkapi dengan alat dan bahan untuk menunjang proses pembelajran
yang di laksanakan, yang dilengkapi dengan keterampilan umum yang sifatnya
menyamai dengan sekolah kejuruan yakni : keterampilan radio TV, listrik dan
tata busana yang mencetak alumni yang mengambil keterampilan pada umumnya sudah
mandiri karena sekarang ada yang di PLN. MAN I KENDARI merupakan sekolah strategis yang cukup baik
karena terletak di bagian tugu SULTRA
yang jauh dari keramaian dan cukup luas .sehingga menjadikan pesrta
didik yang kreatif dan produktif.Untuk itu menunut adanya gedung yang memadai
sehingga pada tiap murid ada perasaan bangga dan bersekolah selama dididik
dalam gedung tersebut.selain itu untuk menumbuhkan penghormatan murid terhadap
lembaga tempat ia dididik, seyogyanya sekolah didirikan dalam lingkungan yang
cukup baik. Luas tanah Man 1 kendari : 21,280 m2 dan luas Bangunan: 3.224 m2 maka ini cukup menjamin
dalam proses pembelajaran . selain bangunan yang menunjang proses belajar
mengajar maka dilengkapi juga dengan
aulah dan wisma dimana aula digunakan sebagai tempat kegiatan yang predikatnya
rapat-rapat umum yang diadakan internal maupun eksternal dengan catatan
esternal di kenai dengan adimitrasi sesuai dengan kesepakatan. wisma digunakan
untuk penginapan yang predikatnya di sewakan contonya ketika ada yang pelatihan
CPNS ,dan wismanya cukup baik.
Di MAN I KENDARI mempunyai
banyak kegiatan unuk pengembangan diri
pramuka,PMR paski braka dan
marching band untuk mengembakan potensi setiap siswa dan ini semua di
fasilitasi oleh sekolah dan mempunyai
gedung tersendiri sehingga tidak menggannggu proses pembelajaran.
Prasarana adalah fasilitas yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman, kebun atau
taman sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.
Jika
dilihat dari segi halaman sekitarnya
cukup strategis yang dikeliling
oleh gedung dan di tengah-tengah halaman
dan yang dihijaukan dengan tanaman-tanaman bunga di stiap rungan dan didukung oleh jalan yang sudah di aspal
dari luar halaman sampai didalam yang
memberikan konstribusi besar bagi siswa
dalam melakukan proses pembelajaran . maka,sarana dan prasaran memberikan
konstribusi besar untuk berkembangnya ,meningkatnya suatu sekolah yang diawali
dengan proses penganalisan untuk
menetapkan rencana yang matang untuk menunjang kesuksesan dalam suatu
organisasi atau sekolah .
Perencanaan sarana dan prasarana pendididkan merupakan pekerjaan yang komplek,
karena harus terintegrasi dengan rencana pembangunan baik nasional, regional
maupun lokal, prencanaan ini merupakan sistem perencanaan terpadu dengan
perencanaan pembangunan tersebut.perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan tergantung pada jenis program pendidikan dan tujuan yang ditetapkan.
E.
Bidang Humas
Bidang hubungan
masyarakat dan sekolah (Humas) adalah suatu proses komunikasi dua arah antara
organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan
tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan
kepentingan bersama.
Makin
majunya perkembangan masyarakat diisyaratkan dengan makin besarnya tuntunan
masyarakat terhadap perkembangan
lembaga pendidik, sehingga tidak mnuntut kemungkinan bagi lembaga tidak dapat
mengakomodasi tuntunan masyarakat tersebut maka tidak mustahil akan berdampak
pengucian di sekitarnya. Tumbuh kembangan kepercayaan masyarakat mengiisyaratkan
pula atas desakan kebutuhan lembaga untuk semakin berkembang guna menjawab
tentang serta kebutuhan masyarakat sehingga pada giliranya masyarakat akan
menentukan pilihan lembaga mana yang layak diberikan kepercayaan mendidk
masyarakat peserta didik.
Jika
dilihat dari data di MAN I KENDARI
terkait dengan peserta didik mengalami peningkatan, maka ini merupakan
satu hal bukti yang konkrit terjalinya hubungan yang harmonis antara masyarakat
dan sekolah yang membuahkan hasil berupa kerja sama dan terlaksana dengan baik
jika terjadi komunikasi yang kondusif yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan
kedunya.
Berdasarkan
hasil pengamatan dalam proses penelitian kelompok kami di MAN 1 KENDARI. kami
melihat implementasi administrasi pendidikan di bidang hubungan masyarakat
dengan sekolah telah berjalan dengan baik. hal ini dapat dilihat dari sering
diadakannya rapat komite yang bertujuan untuk menggapai kesepakatan antara
orang tua siswa dan pihak sekolah.
Selain rapat
komite hubungan antara sekolah dan orang tua siswa ditunjukkan dalam hal penyelesaian
masalah yang dialami oleh seorang siswa.hal ini terlihat jelas ditengah-tengah penelitian
kami, terjadi perkelahian yang melibatkan dua orang siswa. Dengan sikap pihak keamanan
sekolah mengamankan kedua siswa tersebut dan menyerahkannya ke guru BP untuk ditindaki
lebih lanjut. Guru BP segera memnggil wali kelas siswa yang bersangkutan kemudian
wali kelas memanggil orang tua siswa. Setelah orang tua siswa datang, guru BP
dan wali kelas menjelaskan kepada kedua orang tua siswa akan permasalahan yang
terjadi sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Melihat dari kasus
diaatas dapat dilihat terjadi kerjasama antara pihak keamanan, Guru BP, Wali kelas,
dan orang tua siswa.
Selain dengan pihak orang tua siswa,
MAN 1 KENDARI juga bekerjasama dengan masyarakat sekitar. Bentuk kerja sama antara
sekolah dan masyarakat adalah dalam hal menjaga ketertiban dan keamanan daerah sekitar
MAN 1 KENDARI. Hal ini dijelaskan oleh seorang masyarakat yang sempat kami
wawancarai, bahwa masyarakat sekitar selalu melaporkan kepihak keamanan jika ada
siswa MAN 1 KENDARI yang berada diluar lingkungan sekolah saat jam pelajaran berlangsung.
Masyarakat yang melihat akan memanggil pihak keamanan sekolah untuk menjemput anak
tersebut.
Dilihat dari beberapa hal diatas,
hubungan kerjasama antara pihak sekolah, masyarakat, dan orang tua siswa sangat
baik. Hal ini membuat nama MAN 1 KENDARI mendapat pandangan positif di mata masyarakat
dan orang tua siswa.
F. Bidang
Keuangan
Dari
sekian sumber daya pendidikan yang dianggap penting adalah uang. Uang dipandang
ibarat darah dalam tubuh manusia yang mati hidupnya ditentukan oleh sirkulasi
darah dalam tubuh. Tetapi ada juga yang berpendapat uang ibarat kuda dan
pendidikan sebagai gerobak. Gerobak tidak akan berjalan tanpa ditarik kuda.
Pendidikan tidak akan jalan tanpa adanya biaya atau uang. Uang ini termasuk
sumber daya yang langka dan terbatas. Oleh karena itu, uang perlu dikelola
dengan efektif dan efisien agar membantu pencapaian tujuan pendidikan.
Manajemen
keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Sedangkan fungsi
keuangan merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang
bertanggung jawab dalam bidang tertentu. Fungsi manajemen keuangan adalah menggunakan
dana dan mendapatkan dana.
Jadi,
berdasarkan hasil obsevasi yang kami lakukan di MAN 1 Kendari terkait bidang
atau manajemen keuangan (karakteristik anggaran) terbagi menjadi dua yaitu:
1.
Ada penerimaan
Dana
yang diterima adalah berasal dana DIPA
2.
Ada pengeluaran
Dana akan dikeluarkan untuk kepentingan dan kebutuhan lembaga pendidikan (sekolah) seperti renovasi
bangunan, pembangunan gedung sekolah, beasiswa miskin 500 persemester dari
jumlah siswa 300 orang, dan manakala ada siswa yang berprestasi baik kegiatan
kurikuler maupun ekstra kurikuler sekolah maka akan diberi penghargaan
sertifikat, piala maupun uang. Bagi siswa yang mengembangkan minat dan talenta
atau bakat dan berprestasi pula di kegiatan ekstrakurikuler maka akan dibiayai
langsung oleh sekolah itu sendiri.
G.
Bidang Layanan
Khusus (Perpustakaan)
Layanan Khusus (Perpustakaan) merupakan salah satu unit yang
memberikan layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan menunjang
proses pembelajaran di sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan
serta memberikan layanan rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
Perpustakaan sekolah merupakan seperangakat kelengkapan pendidikan
dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Keberadaan perpustakaan sekolah
sangatlah penting. Perpustakaan sekolah sering disebut sebagai jantungnya
sekolah, karena yang menjadi denyut nadi proses pembelajaran di sekolah adalah
perpustakaan. Perpustakaan juga dipandang sebagai kunci bagi ilmu pengetahuan
dan inti setiap proses pembelajaran disekolah.
Tujuan perpustakaan sekolah yaitu:
1)
Mengembangkan
minat, kemampuan dan kebiasaan membaca khususnya serta mendayagunakan budaya
tulisan
2)
Mendidik
peserta didik agar mampu memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara
efektif dan efisien
3)
Meletakkan dasar
ke arah belajar mandiri
4)
Memupuk bakat
dan minat
5)
Mengembangkan
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
atas usaha dan tanggungjawab sendiri
Fungsi
perpustakaan sekolah sebagai pelengkap pendidikan yaitu:
1)
Menyerap dan menghimpun
informasi guna kegiatan belajar mengajar
2)
Menyediakan
sumber-sumber rujukan yang tepat untuk kegiatan konsultasi bagi peserta didik
dan pendidik
3)
Menyediakan
bahan-bahan yang bermanfaat bagi kegiatan rekreatif yang berkaitan dengan
bidang budaya dan dapat meningkatkan selera mengembangkan daya kreatif
4)
Melaksanakan
layanan perpustakaan yang sederhana, mudah dan menarik sehingga pendidikan
peserta didik tertarik dan terbiasa dalam menggunakan fasilitas perpustkaan
Tenaga
perpustakaan terdiri dari:
1)
Pustakawan,
adalah seorang guru pustakawan, yaitu guru yang disamping tugas mengajar juga
mengolah perpustakaan. Untuk ini diperlukan pendidikan ilmu dan teknologi
perpustakaan kurang lebih 6 bulan (630 jam). Guru perpustakaan mempunyai
kedudukan sejajar dengan guru.
2)
Tenaga
pembantu, adalah tenaga pustakawan pembantu dan tenaga adminstrasi, dapat
seorang guru atau tenaga administrasi
dengan pengetahuan perpustakaan sedikitnya 120 jam.
Jadi,
Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan di MAN 1 Kendari bahwa adanya
minat peseta didik dalam membaca sangatlah minim, padahal perpustakaan sudah
menyiapkan berbagai fasilitas untuk memudahkan peserta didik mengembangkan
minat dan kemampuanya masing-masing. Namun, tidak semua peserta didik malas
untuk mengunjungi perpustakaan. Dalam peminjaman buku siswa diberikan kemudahan
dengan alokasi waktu selama 1 tahun. Tapi dengan syarat buku yang sudah
dipinjamkan maka sudah tentu untuk menjaga dan merawatnya agar buku tersebut
bisa pula menikmati kepada generasi penerusnya yaitu siswa baru. Setiap tahun
pula perpustakaan selalu menerima penambahan buku untuk menunjang proses
pembelajaran dalam hal ini, kegiatan belajar tambahan seperti tata busana
(Tabus), Radio TV, Listrik dan TIK
MAN
1 Kendari mempunyai struktur perpustakaan yang di kepalai oleh:
Kepala
Perpustakaan
(Drs. H.
Marzuki)
Unit Pelayanan Khusus
(Ld. Muh. Marwan H)
Unit Pelayanan Administrasi
Unit Pelayanan Pembaca
(Hamriani)
(Rali Aria )
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam hasil penlitian
menunjukan MAN I KENDARI dalam pelaksanaan MBS dikatakan sebagai sekolah yang
telah mengimlementasikan MBS. Dari data yang telah di ajukan maupun diberikan kepada kami selaku
peneliti sangat jelas dan akurat. MAN I KENDARI telah memenuhi kriteria dalam
pelaksanaan MBS dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, peserta didik,
keungan sarana dan prasarana, layanan kusus atau perpustakaan humas dan
lain-lain yang bersangkutan dengan terlaksannya MBS. MBS MAN I KENDARI dilaksanakan
sejak pada tahun 2005 hingga sekarang, berbagai peralihan status, dari sekolah
yang biasa menjadi MAN-Model hingga sekarang mendapat predikat MAN-Unggulan,
ini menandakan mempunyai program yang jelas dari setiap pemimpin MAN I KENDARI. Kepalah sekolah MAN tentunya
mempunyai visi dan misi yang jelas sehingga meningkatkan elektabilitas sekolah
dan mampu mengelevator sekolah sehingga menjadi MAN –unggulan. Membuktikan
dalam pelaksanaan MBS tidak di sia-siakan kesempatan yang diberikan oleh
pemerintah dalam menjamin mutu pendidkan dan keberlangsungan tujuan pendidikan.
B.
Saran
Dalam penyusunan penilitian
ini, masi banyak kekurangan dalam sistematika penulisan maupun struktur
penulisan dalam bahasa indonesia, oleh karena itu kami mengajak para pembaca
untuk sama-sama mengoreksi dan memberikan saran yang bersifat membangun dan
perbaikan penyusunan penelitian ini. Kami mengharapkan kritikan dan sarannya
untuk dari para pembaca yang sempat membaca hasil penilitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 1999,
Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Menjelang Era Tinggal
Landas, Jakarta: Depdiknas.
Jalal,Fasil
dan Supardi, Desi, 2001 Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi
Daerah, Yogjakarta, Adi Cita.
PPN dan Bank Dunia,
1999 School Based Management, Jakarta BPPN dan Bank
Dunia.
Sidi
Indrajati,2000 Kebijakan Penyelenggaraan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan
Bandung, UPI
Toha,
1995 Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali.
Undang-undang
No 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Direktorat
Sekolah Lanjutan Pertama, 2001 Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah , Jakarta, Direktorat SLTP.
LAMPIRAN:
RUANGAN IPS RUANGAN
IPA
RUANGAN PERPUSTAKAAN RUANGAN GURU
MASJID WISMA
RUANGAN KEPSEK RUANGAN
LAP
RUANGAN BELAJAR
TENTANG PENULIS
Muhammad . mahasiswa Satain kendari Jurusan tarbiyah program studi
pendidikan agama islam (PAI) semester IV. Lahir di wunse kabupaten konawe
kepulauan wawonii tenggara tepatnya desa wunse jaya pada tanggal 30 juni 1992.
Menyelesaikan studi SD tahun 2007 di wunse, SLTP tahun 2009 di mosoloh, SMA
tahun 2012 di MAN I KENDARI kota kendari. Dan sekarang masi status mahasiswa
program keguruan. Perna aktif di organisasi MARCHING BAND madrasah Aliyah
sebagai penanggulangi kerusakan bagian alat trompet dan trumbon , Rohis dan pramuka sebagai anggota serta
pengembangan ekstra kulikuler yang berkaitan dengan pengembangan potensi, perna
berkipra di paskibraka dan pelatih PBB. Organisasi yang di tempuh perguruan
tinggi Stain Kendari, perna di (GEMA) Pembebasan, HT- indonesia sebagai anggota
serta KAMMI sebagai kadiv jarkom pada tahun 2013-2014
selanjutnya ketua KAMMI masi berjalan, perna juga berkipra di GP Ansor sulawesi
tenggara sebagai sekretaris cabang lepo-lepo yang terakhir RIMBA periset muda
buton raya sebagai penalaran sains, serta organisasi internal kampus stain
kendari ,pusat pendidikan anak dan
ganeral (PSGA), HMJ-T himpunan mahasiswa jurusan tarbiayah sebagai penalaran
ilmia.
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)
manajemen berbasis sekolah (MBS)
disebut dengan manajemen besic school yang meniti beratkan kepada sekolah dalam
pelaksanaan-nya. Pendidikan akan bermutu dan berkualitas dan bermatabat dalam
suatu sekolah manakala terstruktr dengan baik, manajemen berbsis sekolah adalah
instrumen dalam mencapai tujuan pendidikan dalam negeri ini. Kemampuan dalam
mengelolah adalah suatu keharusan dalam pelaksanan MBS karena pemerintah telah
mempercai oleh pihak sekolah dalam mengelolah sekolah otonom secara sendiri
dalam melaksanakan dan melengkapi kekurangan dalam sekolah tersebut. Dalam gaya
ini memudahkan sekolah untuk menyeimbangkan dengan taraf nasional mana kala
kkepala sekolah jelih mengelolah fasilitas maupun darisemua jejeranya.
Kemampuan ini mestinya dimiliki oleh kepala
sekolah, yang lebih lagi oleh calon guru yang bisa mengimplementasikan dan
menyesuaikan pada zaman era kontemporer akan melahirkan pendidikan yang
berkualitas.
Pemuda adalah pemikir
Pelajar/mahasiswa adalah pemuda
intelektual profetik
Sosok pemuda adalah potret indonesia
masa depan
Yang lebih penting adalah tim, bukan
induvidu dalam menciptakan sekolah yang bermatabat sesuai tujuan pendidikan, sekolah dibutukan
tim, gagasan yang banayak, cara yang banyak bukan individu ide satu orang, dara
satu orang, jangan mengharapkan imlementasi MBS terlaksana dengan baik bila
tidak ada tim dalam sekolah.